Demak – Meskipun saat ini masih kemarau namun hujan sering turun sehingga ora menyebut kemarau basah. Hal ini membuat penyewa lahan garam mengalami kerugian karena hasil penjualan garam tahun ini belum menutup biaya sewa lahan . Selain itu biaya operasional lain juga tak tertutup karena produksi garam yang tidak maksimal.
Slamet warga desa Kedungkarang kecamatan Wedung yang menyewa lahan garam Rp 25 juta tahun ini masih rugi karena hasil garam yang didapatkan belum ada separuhnya untuk membayar sewa. Lahan seluas kurang lebih dua hektar yang disewanya itu kini telah di isi air untuk persiapan tebar bibit udang Vanamai.
“ Kalau dihitung penjualan garam baru Rp 10 jutaan .Untuk membayar sewa lahan belum cukup . Padahal kita sudah keluar tenaga , beli alat dan juga geomembran itu belum tergantikan. Mudah mudahan kita isi bibit udang Vanami bisa tumbuh bagus dan bisa mengurangi kerugian “, ujar Slamet yang tak punya lahan tambak sendiri.
Kerugian petambak garam tahun ini menurut Slamet selain karena musim kemarau yang banyak hujan juga akibat harga garam yang rendah. Idealnya harga garam perkwintalnya Rp 50 ribu , namun pada tahun ini harga garam paling tinggi cuma Rp 30 ribu perkwintalnya . Itulah yang membuat petambak garam tahun ini semakin terpuruk kehidupannya. Terutama para penyewa tambak seperti dirinya.
“ Memang beberapa tahun yang lalu saya pernah merasakan harga garam cukup tinggi mencapai Rp 150 – 200 ribu setiap kwintalnya. Sehingga pada saat itu saya bisa membayar semua hutang hutang saya. Kini harga garam terpuruk ya kembali cari pinjaman untuk menutup kebutuhan harian dan bayar sewa lahan garam “, tambah Slamet.
Selain pak Slamet di sentra pembuataan garam rakyat di kecamatan Wedung ini masih banyak petambak garam yang bernasib sama. Namun banyak dari mereka yang masih mengharap bisa memanen garamnya. Sehingga sehabis hujan tambak garam dikuras lagi untuk dikeringkan air tawarnya . Selanjutnya diisi air asin lagi dan dijemur di panas terik matahari jika tidak ada hujan 3-4 hari diharapkan bisa dipanen lagi.( Muin )