Jepara – Pendidikan nomor satu itulah kata kata yang diucapkan oleh Hudi ,SHi,MSi pria kelahiran Dukuh Menco desa Berahan Wetan kecamatan Wedung kabupaten Demak. Meski keluarganya dalam kondisi keterbatasan ekonomi namun niatnya melanjutkan sekolah tidaklah menjadi halangan. Sehingga meski sangu mondok seadanya namun dirinya tetap belajar di pondok pesantren sampai lulus Madrasah Aliyah.
“ Saya mulai mondok setelah lulus dari pendidikan dasar du desa kelahiran saya , usai itu saya mondok selama 6 tahun di Pondok Pesantren asuhan Simbah KH. Mawardi di Waturoyo Pati. Waktu itu sangu ya seadanya karena bapak orang yang ekonominya pas pasan. Meskipun demikian saya bisa menyelesaikan sekolah dan juga hafid Alqur’an “, kenang Hudi pada kabarseputarmuria.
Seperti biasanya santri pondok setelah mampu dan menguasai ilmu agama islam yaitu membaca kitab ,Iapun berkhidmah kepada almamaternya dengan mengajar adik adik angkatan. Selain itu iapun mempelajari atau mendalami kitab kitab lain untuk lebih memperdalam agama islam. Ketika itu ia senang sekali dengan ilmu Falak atau Astronomi yang ada kaitannya dengan pembuatan kalender atau penanggalan.
Usai mondok di Waturoyo Pati Hudipun kembali ke kampung halamannya dengan harapan untuk melanjutkan kuliah ke Perguruan Tinggi . Lagi lagi kendala ekonomilah yang menjadi hambatan untuk melanjutkan pendidikan. Namun tekadnya sudah bulat meski tak ada biaya iapun mendaftarkan diri kuliah di INISNU Jepara yang kini berubah menjadu UNISNU. Yang penting mendaftar dulu soal biaya belakangan.
“ Nah usai mendaftar akhirnya timbul pemikiran membiayai kuliah dengan ikut terjun kelaut mencari ikan. Saya ikut Miyang menjadi Nelayan di desa Kedungmalang di rumah Saudara. Malam terjun kelaut cari ikan dan paginya kuliah meski kadang kadang di kampus sering ngantuk “, kenang Hudi.
Untuk menuju ke kampus tidak seperti sekarang naik motor . Dulu ia harus naik angkudes bersamaan para bakul ikan yang menjual ikan ke pasar Pecangaan dan kota kota lain. Karena membayarnya murah kadang ia harus bergelantungan di pintu angkudes. Tidak itu saja iapun harus rela naik diatas atap kendaraan karena penumpang penuh.
“ Suka senang ,sedih gembira saya jalani demi menyelesaikan kuliah di INISNU Jepara. Tahun 2010 saya mulai mengajar di INISNU yang tahun 2013 berubah menjadi UNISNU saya menjabat sebagai Kaprodi Hukum Keluarga Islam. Tahun 2016 Alhamdulillah menjadi Wakil Dekan Fakultas Syariah dan Hukum sampai sekarang “, tambah Hudi.
Ia mengajar di INISNU sekarang UNISNU karena penguasaan ilmu Falak yang ia pelajari dari Pondok Pesantren di Waturoyo . Ketika itu kampus butuh tenaga pengajar ilmu Falak iapun mencoba melamar dan di terima. Dari ilmu Falak itupun ia bisa menambah ilmu dari ahli ilmu Falak Jepara Mbah Noer dari Kalinyamatan Jepara.
Saat ini hari harinya disibukkan dengan kegiatan kampus mengajar yang ia lajo dari rumahnya desa Troso kecamatan Pecangaan yang ia tempati dengan istri dan satu anaknya. Mengajar menjadi salah satu pekerjaan pokoknya disamping membantu usaha istrinya usaha online berbagai barang mulai dari kain tenun Troso , Jilbab dan produk produk lain untuk menambah penghasilan keluarganya.
Dengan pekerjaannya yang ia tekuni sekarang ia cukup bersyukur karena dengan ilmu yang ia peroleh dari pondok pesantren khususnya ilmu falak menjadi pijakan untuk meraih karietnya sebagai dosen di UNISNU Jepara. Pendidikan Sarjana ia telah raih , pendidikan S2 juga telah ia raih dan kini iapun masih belajar untuk menyelesaikan pendidikan S3 nya di UIN Semarang jurusan ilmu Falak.
” Alhamdulillah setelah masuk di UNISNU karier pendidikan saya terus berkembang semua tanpa biaya atau beasiswa baik yang S2 tahun 2013 lulus dari UIN Semarang jurusan Ilmu Falak dan saat ini masih menemouh studi S3 di UIN dengan jurusan yang sama . Intinya Pendidikan adalah nomor satu siapapun yang ingin berhasil salah satunya adalah dengan belajar atau sekolah “, kata pak Dosen Hudi yang pernah mengajar di MA Walisongo Pecangaan , juga MA di Tahunan menutup sua. (Muin)