Demak – Bagi sebagian orang pelumas bekas pakai atau oli blothong adalah barang yang tak berguna , namun bagi Hudi ( 55 ) warga desa Kedungmalang kecamatan Kedung kabupaten Jepara merupakan barang yang berharga. Dari usaha mengumpulkan oli blothong ini dia mampu menghasilkan pemasukan tambahan yang lumayan bagi keluarganya.
Setiap hari ia mendatangi bengke-bengkel sepeda motor yang menjadi langganannya , dengan mengunakan sepeda motor dan peralatan pompa minyak iapun mengisi jrigen yang dibawanya dengan olie bekas pakai. Sekali datang ia membawa 4 – 5 jrigen yang setiap jrigennya berisi oli 25 literan, sehari ia kadang bisa balik lagi jika simpanan oli blotong dipenampungan masih banyak.
” Bagi orang biasa oli blothong ini tidak ada artinya namun bagi saya itu merupakan rejeki. Lebih dua puluh tahun saya menekuni usaha jual beli pelumas bekas ini. Selain mencukupi kebutuhan nelayan , petani dan juga pengusaha mebel butuh pelumas bekas ini , hasilnya dibandingkan dengan nelatyan sama . Cuma ini kerja di darat lebih ringan ”, kata Hudi pada kabarseputarmuria Sabtu. ( 22/8)
Hudi yang pekerjaan utamanya sebagai nelayan menuturkan ,pelumas bekas ia beli dari bengkel bengkel mobil dan motor resmi di kota. Dengan berbekal pompa ia mendatangi bengkel setiap hari . Jika bengkel sedang ramai sehari ia bisa balik dua kali. Namun jika sepi ia mencari ke bengkel lain langganannya di area Jepara dan Kudus sampai dapat satu rit 4 jerigen.
” Pandemi corona ini omzet saya turun banyak , dulu sebelum corona saya sehari bisa dapat 1-2 rit namun saat ini berkurang sampai 40 persen dari biasanya. Mungkin penyebabnya banyak motor yang jarang dipakai sehingga yang masuk bengkel berkurang ” tutur Hudi .
Selain ke bengkel bengkel resmi Hudi berburu pelumas bekas ke pabrik pabrik besar di area Kudus . Dengan menyewa mobil pick up ia datangi pabrik pabrik langganannya yang paling banyak dari pabrik rokok terbesar di Indonesia di Kudus. Kadangkala fihak rekanan pabrik mengantar pelumas bekas ke rumahnya.
” Pelumas bekas seperti ini ada dua jenis yang pertama pelumas bekas dari bengkel motor dan mobil dan yang kedua perlumas bekas dari pabrik pabrik besar. Harganya berbeda lebih mahal yang bekas pabrik seperti ini .Kalau yang ini pelumas dari bengkel per botol Aqua besar kita jual ke toko toko kecil Rp 5.500 sedangkan yang pelumas bekas mesin pabrik ini harganya Rp 13.000 ribu ”, kata Hudi sambil menunjukkan dua pelumas bekas dengan harga berbeda.
Masyitoh salah satu pemilik toko di desa Kedungmutih mengatakan , pelumas bekas ini banyak di cari para nelayan , petani tambak. Harga pelumas baru yang mahal menjadikan nelayan beralih ke pelumas bekas begitu juga petani tambak. Setiap minggunya ia menghabiskan puluhan botol pelumas bekas yang diambil dari pak Hudi.
” Ya pelumas bekas ini cukup laris disini yang beli kebanyakan nelayan dan petambak . Harga pelumas baru memang mahal dengan memakai pelumas bekas ini bisa menghemat biaya operasional ke laut. Kalau disini saya jual per botol Rp 7.000 – 7.500 untuk pelumas bekas dari bengkel. Sedangkan yang dari pelumas bekas dari pabrik kita jual Rp 20.000 ”, kata Masyitoh yang membuka tokonya di dekat tugu kepiting perbatasan Kedungkarang dan Kedungmutih. (Muin)