Demak – Bagi Kholil petambak garam warga desa Kedungmutih RT 02 RW 02 kecamatan Wedung musim garam tahun ini merupakan babak baru baginya. Tahun ini ia memutuskan untuk mencoba membuat garam industri di sepertiga lahannya. Dua pertiga lainnya digunakan untuk membuat garam biasa yang telah lama ia jalankan. Keputusan untuk mencoba membuat garam industri sudah bulat berhasi atau tidak tinggal tunggu waktu saja.
” Setahun lalu saya mengikuti Pelatihan Membuat Garam Industri dengan instruktur Pak Darto. Setelah itu kami memutuskan untuk mencoba di lahan kami. Namun tedak semua lahan kami cobakan saat ini baru sepertiganya. Kalau tahun ini berhasil tahun depan lahan ini kami buat untuk membuat garam industri “, kata Kholil Rabu (28/8) pada kabarseputarmuria.
Kholil mengatakan saat ini Petambak garam di desa Kedungmutih yang membuat garam seperti dirinya ada sekitar 20 orang dengan luas yang berbeda beda. Mereka mempraktekkan ilmu yang diberikan pak Dr. Ir. Sudarto. MM pakar garam dari kementrian Perindag.
Pada dasarnya proses pembuatan garam nya sama dengan garam biasa. Yang membedakan adalah proses pengendapan air dan juga waktu panennya. Di sisi biaya untuk membuat garam industri tidaklah besar sehingga siapapun bisa mencobanya.
” Pembuatan Garam industri ini tidaklah sulit dipraktekkan hanya butuh ketlatenan mulai penguapan air pertama sudah menggunakan geomembran sampai dengan meja kristalisasi. Selain itu air yang masuk ke meja kristalisasi harus 24 derajat be dan masa ambil garam minimal 10 hari. Waktu inilah yang kadang petani tidak tlaten belum 10 hari sudah di panen akhirya kualitas yang rendah “, tambah Kholil.
Ditanya segi pemasaran garam industri yang dihasilkan petambak garam asal desa Kedungmutih ini nantiya akan dikoordinir Koperasi Garam ROMA ( Roda Bersama Abadi). Untuk harga jual memang belum ada harga standar namun Pengurus Koperasi akan membeli garam lebih mahal dari garam kualitas biasa minimal dua kali. Melihat kondisi itulah Kholil bersemangat untuk membuat garam industri di lahannya.(Muin)