Jakarta – Pemerintah buka suara mengenai anjloknya harga garam di tingkat petani. Pemerintah menyebut, anjloknya harga disebabkan oleh kualitas garam yang dihasilkan petani bermutu rendah.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Agung Kuswandono menjelaskan, garam yang diproduksi petani terdiri dari tiga level yaitu K1, K2 dan K3. Garam itu nantinya diserap dua pihak, yakni PT Garam (Persero) dan industri.
Garam K1 merupakan garam dengan kualitas yang baik dengan kadar NaCI paling tidak 94%. Sementara, K2 dan K3 di bawah itu.
Yang teriak itu di daerah Cirebon, dan ternyata garamnya K2-K3. Jadi garam produk-produk yang lain, ada yang mutu bagus, sedang, rendah,” ujarnya di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Jakarta, Jumat (12/7/2019).
Dia melanjutkan, garam yang diserap PT Garam ialah K1. Lalu, yang diserap perusahaan lain untuk semua kualitas.
“Yang diserap PT Garam semua K1. Yang diserap perusahaan bisa K1, K2, K3. Cuma, yang diserap K2-K3 tentu harganya jauh lebih rendah, karena rendemennya kecil. Gitu aja sebetulnya,” ungkapnya.
Hal lain yang membuat harga anjlok ialah karena garam dikeluarkan dari komoditas yang diatur dalam Perpres 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
“Dulu di Perpres 71, garam dimasukkan barang kebutuhan pokok dan penting, sama daging, susu, tepung, cabai. Jadi pemerintah bisa menetapkan harga HPP, istilahnya harga dasarnya. Tapi, kemudian Perpres diubah kemudian dikeluarkan dari Perpres yang baru, diganti ikan sakit perut, ikan kembung,” jelasnya.
“Saya tanya alasannya kenapa dikeluarkan, saya tidak tahu persis, yang saya dengar konsumsi 3,5 kg per tahun. Sedikit sekali. Kedua tidak mempengaruhi inflasi,” ujarnya.
Sebagai informasi, harga garam terus mengalami penurunan sejak tahun lalu. Harga garam turun dari Rp 1.000 sampai Rp 300 per kg tahun ini.
“Akhir tahun lalu kita panen harga garamnya Rp 1.000 per kilogramnya, ini untuk garam yang disimpan di gudang. Beberapa bulan turun lagi Rp 800 per kg, kemudian turun lagi Rp 700, nah sekarang Rp 500 per kg,” kata Toto petambak garam di Desa Rawaurip, Cirebon (3/7/2019).
Mirisnya, harga garam hasil panen perdana tahun ini hanya Rp 300 per kg lebih rendah Rp 200 dari tahun lalu.