JEPARA – Kabupaten Jepara kembali memecahkan rekor dunia Museum Rekor Indonesia (MURI), untuk kategori penenun tradisional terbanyak dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).

Peragaan penenun dilaksanakan di Lapangan Datuk Ampel Desa Troso, Kecamatan Pecangaan pada Sabtu, (13/7). Hadir Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jepara Zamroni Lestiaza, dan Manager MURI Ariani Siregar.

Kali ini penenun Desa Troso, berhasil mencatatkan diri di MURI dengan 1.408 perajin tenun. Rekor baru ini menumbangkan rekor yang sebelumnya dipegang Pemerintah Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mencatat ada 1.100 perajin tenun pada 2017 lalu.

Panitia Kegiatan Abdul Jamal mengatakan proses pemecahan rekor baru tersebut, dilakukan dalam 44 putaran, dimana setiap putaran ada sebanyak 32 penenun yang menggarap kain tenun.

Sedianya kegiatan itu diikuti oleh 1.500 penenun. Namun hingga putaran ke-44, hanya bisa mengumpulkan 1.408 penenun yang merupakan warga setempat. Ia menyebut, ajang ini juga merupakan upaya unjuk gigi kepada warga Indonesia akan kemampuan produksi kain tenun troso. Selain itu pencatatan rekor dilakukan untuk membuktikan, Desa Troso memiliki tradisi menenun yang masih kuat.

“Tenun Troso ini, sudah berkembang jauh sebelum kemerdekaan RI,” kata dia.

Jamal menjelaskan, di Desa Troso ada 282 unit usaha tenun dengan 6.000 pekerja. Adapun pangsa pasar tenun asal desa ini, terutama wilayah Indonesia bagian timur, mulai dari Bali, NTT dan Lombok.

“Untuk produksinya, setiap hari Kamis saja, kami bisa mengirim sebanyak 5.000 meter kain tenun ke Denpasar (Bali),” urainya.

Namun demikian, seiring masuknya pemodal asing yang bergerak di bidang tekstil, perajin tenun mulai kekurangan pegawai. Ia menyebut kekurangan pekerja hampir mencapai 1.000 orang.

Sementara itu dari MURI, Ariyani Siregar mengatakan, pihaknya senang kembali ke Jepara untuk menyaksikan kegiatan yang spektakuler.

“April lalu kami ke Jepara untuk pemecahan rekor dunia MURI pengukir terbanyak, dan kali ini ke Jepara lagi untuk kegiatan yang juga sangat istimewa,” tuturnya.

Melalui pemecahan rekor MURI tersebut diharapkan mampu meningkatkan kembali kesadaran dan produktivitas Tenun Troso di Jepara.

”Saat ini produktivitas terbatas, lantaran jumlah penenun berkurang, dengan kegiatan ini harapannya tentu penenun bisa lebih banyak lagi dan bisa semakin produktif lagi,” ungkapnya.

Salah satu penenun yang ambil bagian dalam pemecahan rekor MURI tersebut, Yuni Fitriani (19) mengatakan, dia merasa senang bisa ambil bagian dalam pemecahan rekor MURI tersebut.

Sebelumnya, Yuni memang sudah memiliki kemampuan menenun yang didapat dari ibunya.

“Tidak ada kesulitan. Kebetulan, di rumah juga punya alat tenun,” kata dia. (DiskominfoJepara/Dian)