Demak – Petani Garam Desa Kedungmutih , kecamatan Wedung , Kabupaten Demak, Mahmudi mengeluhkan harga garam yang turun signifikan pada tahun 2018. Pasalnya, harga jual selalu turun setiap tahunnya mulai tahun 2016 sampai tahun 2018
“Pada tahun 2016, harga jual garam masih Rp 250 rb per kuintal. Pada tahun 2107, harga garam anjlok menjadi Rp 150 per kuintal. Kemudian, pada tahun 2018 harga garam turun signifikan menjadi Rp 75 ribu per kuintal,” ujarnya saat ditemui di desa Kedungmutih , Rabu (26/12/2018).
Padahal, harga sewa lahan sudah naik, yang tadinya Rp 5 juta pertahun, sekarang menjadi Rp 20 juta per tahun. Selain itu harga geomembran sekarang juga mahal sekitar Rp 3,5 juta, dan biaya operasional yang melonjak untuk penggarapan lahan karena tinggi harga garam tahun yang lalu .
” Di desa kedungmutih Koperasi belum bergerak dalam usaha jual beli garam. Sehingga tata niaga garam masih bergantung pada tengkulak tetapi harga jual tidak sesuai dengan keinginan petani,” sambungnya.
Bagi petambak garam yang tidak membutuhkan uang masih menunda jual . Namun bagi petambak yang butuh uang mereka tetap menjual ke tengkulak meskipun harganya selalu turun. Kebutuhan harian selalu mengejar , daripada pinjam kanan kiri maka garam terpaksa dijual meski harganya murah.
Hal sama dikatakan Hamzawi Anwar pengepul garam dari desa Kedungmutih , turunnya harga garam di Demak selain permintaan yang rendah juga naiknya biaya transoprtasi. Sehingga para pembeli di luar Jawa menurunkan harga beli untuk menutup kenaikan biaya transportasi baik untuk kontainernya atau yang lainnya.
“ Mereka para pembeli di luar Jawa banyak yang menurunkan harga beli garam dengan alasan biaya transport atau angkut naik. Mau tidak mau kamipun akan menurunkan harga beli dari petambak garam “, kata Hamzawi Anwar. (Muin)