Demak – Harga garam yang stagnan atau tak ada kenaikan membuat problem tersendiri bagi petambak. Kebutuhan makan harian dan kebutuhan lain harus terpenuhi ,sedangkan garam di gudang msih menumpuk dan belum terjual. Akibatnya mereka membongkar simpanan berupa uang emas. Bagi yang mempunyai simpanan uang mereka mengambil ke Bank atau lembaga keuangan lainnya. Bagi yang tidak mempunyai uang tunai biasa menjual atau menjaminkan perhiasannya ke toko emas.
Hubul Ula petambak garam dari desa Kedungmutih pada kabarseputarmuria mengatakan tahun ini petambak garam benar benar krisis keuangan. Harga garam yang rendh salah satu penyebabnya sehingga garam di gudang petambak masih menumpuk. Kenaikan harga garam di musim penghujan yang diharapkan tidak terealisasi. Bahkan harga garam cenderung turun karena masa pembuatan garam kini sudah mulai.
“ Kalau tidak ada hujan beberapa hari ini mungkin petambak garam banyak yang sudah panen. Namun karena masih ada hujan hanya beberapa petambak yang memanen lahan garamnya. Saya sih lebih senang hujan terus agar tak ada garam di musim ini . Jika tak ada panen garam di tahun ini harga garam dipastikan naik “,kata Hubul Ula Sabtu (11/7).
Harga garam tahun ini menurut Hubul Ula merupakan harga garam terendal dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini . Sehingga hal ini membuat penyewa mengalami kerugian. Harga sewa yang mahal tidak bisa ditutup dengan penjualan garam dalam satu tahun . Biaya penggarapan satu hektar lahan garam membutuhkan biaya sekitar Rp 40 juta . Namun dari penjualan garam sebanyak 100 ton dengan harga jual Rp 30 ribu perkwintal di lahan tidak bisa menutup biaya operasional bahkan tekor atau kurang.
“ Memang harga garam sulit diprediksi sehingga hal ini tidak membuat petambak garam tidak bersemangat untuk membuat garam. Sehingga meski saat ini masih ada hujan turun sedikit sedikit saya setiap hari pergi ke lading garam untuk mengolah lahan. Siapa tahu dengan kondisi ini produksi garm tahun ini berkurang banyak sehingga harga garam beranjak naik “ harap Hubul Ula yang sudah lebih sepuluh tahun terjun ke bisnis pembuatan garam.
Selain Hubul Ula masih ratusan petambak garam senasib dengannya , mereka tinggal di desa sentra pembuatan garan di Demak yang tersebar di kecamatan Wedung. Misalnya desa Kedungkarang, Tedunan, Kendalasem,Kedungmutih, Babalan , Berahan Wetan, Mutih Kulon dan Mutih Wetan. Usaha pembuatan garam ini sudah lebih empat puluh tahun yang lalu dan mengadopsi teknologi pembuatan garam dari Rembang. ( Muin ).