Jepara – Pilihan Petinggi serentak di 24 desa telah usai ada rasa senang bahagia bagi yang terpilih dan ada pula rasa sedih dan kecewa bagi yang tidak jadi . Pilihan Petinggi adalah acara enam tahunan yang selalu di tunggu tunggu oleh warga sebagai pemilih dan juga calon petinggi sebagai orang yang dipilih. Dengan semakin banyaknya uang digelontorkan di desa dan ada penghasilan tetap  semakin bersemangat pula para calon petinggi untuk menjadi orang nomor satu di desa.

Akibatnya minat untuk menjadi petinggi bagi warga desa semakin besar . Apalagi kini tidak ada lagi biaya atau sumbangan para calon petinggi untuk pelaksanaan Pilihan Petinggi. Sehingga minat warga yang ingin bertarung dalam ajang pilihan petinggi tahun 2018 ini semakin banyak. Harapannya dengan semakin banyaknya calon petinggi warga dapat memilih calon yang berkualitas,

Namun demikian kenyataannya tidak sesuai dengan harapan , karena pilihan petinggi dan pilihan apapun biasaya dekat dengan money politik atau aksi bagi bagi uang. Pilihan Petinggi tahun 2018 ini dari beberapa desa yang terpantau masih kental dengan aksi bagi bagi uang dari para tim sukses calon petinggi.Meskipun calon tidak member uang secara langsung kepada para pemilih. Tetapi para sabet atau timses door too door membagikan uang pada pemilih.

Sehingga ikrar damai dan ikrar no money politic hanyalah sebuah slogan dan janji yang hanya di kertas saja meski ditandatangani secara resmi. Kenyatannya dilapangan aksi bagi uang di ajang pilihan petinggi merajalela . Dari puluhan ribu rupiah sampai dengan ratusan ribu rupiah . Aksi bagi bagi uang ini sulit dibendung karena sudah mendarah daging sejak dulu sampai sekarang.

Tahun 2018 ini ada seorang calon petinggi yang menjalankan ikrar yang telah ditandanganinya di pendopo kabupaten . Ia benar benar tidak memberikan uang sepeserpun kepada calon pemilih , selain itu ia juga tidak bersilaturahmi door too door untuk memohon restu selain itu juga rumah ditutup rapat selama masa kampanye. Ia hanya mengandalkan kemampuan dan program bagus namun kenyataannya ia hanya memperoleh suara hanya 10 persen dari calon lain.

Oleh karena itu dari pengamatan di lapangan untuk menjadi seorang petinggi di desa tidak hanya butuh figure yang mampu  memimpin desa , namun uang sangat berperan dalam meraih jabatan ini. Bahkan ada yang punya anggapan ekstrem figure dan kemampuan tidaklah penting yang penting bagi bagi uang yang banyak pada pemilih pasti bisa jadi Petinggi untuk memimpin desa. Kenyataannya hasil pilihan petinggi Jepara 2018 ini ditengarai yang jadi kebanyakan obral uang pada pemilih.

Lalu sampai kapan hal ini terus terjadi ? yang bisa menjawab adalah para  pemilih , selama mereka haus akan uang makan tradisi bagi bagi uang pasti akan berjalan sampai kapanpun. Namun demikian ada yang mengatakan yang bisa menghentikan praktek money Politik ini seharusnya para calon petinggi yang berlaga. Selama calon berikrar tidak memberikan uang dan dilaksanakan dengan benar maka money politic akan hilang dengan sendirinya. Pertanyaannya kapan money politic sirna ,jawabannya masih tunggu waktu . (Muin)