Jepara – Bagi Mbah Wagito (76) warga desa Pecangaan RT 02 RW 02 momen Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI  merupakan momen yang istimewa. Meski saat ini sudah pensiun dari PNS namun jika ada undangan untuk menghadiri Upacara HUT RI Ia pasti hadir. Ia merupakan peserta undangan yang mewakili organisasi PWRI ( Persatuan Wredatama Republik Indonesia ).

Meski tempatnya jauh dari rumahnya Pecangaan karena tempat Upacara di lapangan Krasak namun hal itu tidak menjadi halangan. Tidak hanya di tahun 2018 ini saja ia hadir namun tahun tahun sebelumnya ia selalu hadir jika mendapatkan undangan.

“ Sebagai pensiuanan Pegawai Negeri Sipil saya terpanggil untuk hadir memperingati HUT RI. Oleh karena itu saya selalu hadir dalam momen seperti ini . Selain menghargai jasa Pahlawan juga kita bisa ketemu teman teman seperjuangan dulu “, kata Mbah Wagito pada kabarseputarmuria.

Meskipun menempati kursi paling belakang Mbah Wagito sangat bangga bisa hadir dalam upacara HUT RI ke 73 tahun ini. Dengan baju batik ia datang lebih awal dari teman-temannya yang sudah sepuh. Apalagi ketika Upacara dimulai dengan pengibaran bendera dan bunyi sirine detik detik proklamasi rasanya kembali ingatannya ketika kecil dahulu melihat perjuangan melawan Belanda.

“ Saya ketika tahun 1945 masih kecil belum ingat apa-apa , namun ketika ada agresi Belanda saya masih ingat banyak bangsa belanda yang berkeliaran di Indonesia . kadang masih terdengar suara meriam dan senjata api lainnya “, tambah Mbah Wagito yang pensiunan penjaga SMP.

Mbah Wagito bercerita ia diangkat jadi PNS sejak tahun 1964 sebagai penjaga SMP Negeri 2 Pecangaan. Tugasnya adalah menjaga keamanan dan juga kebersihan sekolah. Ia ingan gaji awalnya hanya Rp 24 dan untuk membiayai keluarga harus cari tambahan sana sini. Namun makin lama , gajinya makin bertambah sehingga ketika pensiun satu bulan ia masih terima gaji Rp 2,5 juta rupiah.

“  Dulu jadi PNS bukan cita cita setiap anak-anak karena gajinya masih kecil dan pekerjaannya berat. Gaji satu bulan tidak cukup untuk hidup satu bulan. Lain dengan sekarang banyak orang yang ingin anaknya jadi PNS karena gajinya lumayan besar dan pekerjaan tidak berat “, tambah Mbah Wagito.

Namun sayang anak semata wayang mbah Wagito tidak menuruni pekerjaan sebagai PNS. Namun berwirausaha sebagai tukang las . Namun demikian ia tetap bersyukur pada yang kuasan karena masih diberi umur panjang dan menikmati masa pensiun 20 tahun karena ia pensiun tahun 2007 yang lalu. Diantaranya selalu hadir dalam setiap peringatan hari kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus . (Muin)