Demak – Babinsa Koramil 03/Wonosalam desa Pilangrejo Pelda Supartono beserta Bhabinkamtibmas Aipda Marjiya bersinergi melakukan pengamanan sekaligus menghadiri Apitan atau sedekah bumi yang merupakan selamatan dalam rangka untuk mensyukuri nikmat Sang Pencipta di Balai Desa Desa Pilangrejo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak, Rabu (08/08/2018).
Menurut Tugiman (Mbah Giman,sapaan) yang juga sebagai kepala desa Pilangrejo menyatakan bahwa bulan Apit seakan menjadi hajatan akbar bagi masyarakat Kabupaten Demak Jawa Tengah. Desa-desa di daerah ini melakukan tradisi rutin tahunan yang biasa disebut Apitan/Merti Bumi/Sedekah Bumi termasuk desa Pilangrejo.
” Tradisi apitan adalah acara tahunan yang digelar sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT. Nama Apitan berasal dari kata Apit yang merupakan nama dari salah satu bulan di dalam penanggalan jawa. Atau disebut Dzulqo’dah dalam bulan hijriah,” ungkap Mbah Giman yang menjabat Kades Pilangrejo dua periode ini.
Dia menambahkan, mengapa disebut bulan Apit? Penamaan bulan Apit berkaitan dengan posisinya yang berada di antara dua hari raya besar Islam. Yaitu hari raya idul fitri di bulan syawal dan hari raya idul adha di bulan Besar (Dzulhijjah). Karena diapit dengan dua hari raya besar inilah yang membuatnya disebut bulan Apit,”tambah Mbah Giman
Untuk itu dalam tradisi budaya yang berusia ratusan tahun itu, ratusan warga bersama-sama menyantap ayam kampung yang dimasak utuh dengan bumbu (ingkung). Nasi Ingkung di Desa Demak disajikan bercampur nasi, oseng tempe, mie goreng, tempe dan tahu dengan dibungkus daun pisang. Tradisi apitan ini merupakan bentuk rasa syukur warga atas hasil pertanian yang melimpah.
Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta para bapak/ibu dari Desa Pilangrejo berdatangan menuju lokasi tradisi apitan sejak siang. Masing-masing membawa keranjang berisi nasi ingkung berbungkus daun pisang yang telah dimasak oleh para istri di rumah. Setelah nasi ingkung yang diletakkan di depan halaman Balai desa setempat terkumpul, warga kemudian berkumpul untuk menggelar doa. Usai doa rampung dipanjatkan, warga langsung beramai-ramai menyantap hidangan nasi ingkung di hadapan mereka. Dalam hitungan menit, ratusan nasi ingkung berbungkus daun pisang itu ludes. Hanya beberapa nasi ingkung tersisa yang lain dibawa pulang oleh warga.
Menurut kepercayaan, makanan yang di bawa pulang akan membawa keberkahan tersendiri. Semakin banyak makanan yang di bawa pulang semakin banyak pula rejeki dan keberkahan yang akan diperolehnya di sepanjang tahun tersebut.(Pendim 0716/Demak)