Demak – Usai Lebaran Idul Fitri  masih ada satu lagi tradisi yang di uri uri kelestariannya yaitu kupatan. Tradisi Kupatan adalah tradisi seminggu setelah hari raya yang diperingati dengan selamatan ketupat lepet. Ketupat atau kupat adalah nasi yang dibungkus dengan janur bentunya belah ketupat. Sedangkan lepet adalah mirip lontong yang terbungkus daun janur dan isinya beras ketan.

Ketupat dan lepet sebagai bahan pembungkusnya adalah janur. Sehingga menjelang hari raya ketupat ini harga janur melonjak tajam. Di pasar pasar tradisional H-3 bodo kupat para pedagang sudah mulai mremo janur dan  ketupat kosong. Hal ini menjadi berkah tersendiri bagi para pedagang  janur dan bungkus ketupat.

Sofianah salah satu pedagang janur yang berjualan di pasar Kedungmutih mengatakan, harga janur perikat isi 10 Rp 7.000. Ia mebeli dari pengepul di pasar Pecangaan. Selain janur ia juga menjual buah kelapa sebagai ubo rampe membuat lepet. Untuk harga kelapa perbutirnya Rp 5 ribu – Rp 6 ribu tergantung besar kecilnya.

“ Hari ini memang agak sedikit mahal janurnya , pasokan semua habis mau tidak mau harga naik dari kemarin sekarang Rp 7 ribu seikatnya . Rata rata pembeli paling sedikit membeli 2 ikat jadinya 20 lepet “,ujar Shofianah H-1 bodo kupat pada kabarseputarmuria.

Selain janur ubo rampe untuk keperluan bodo kupat adalah daging ayam , tahu , tempar dan sayur-sayuran. Jelang bodo kupat ini semua harga naik selain kebutuhan yang banyak juga pasokan berkurang karena masih hari raya. Meski naik ibu ibu tetap membeli kebutuhan bodo kupat karena momen setahun sekali.

“ Ya gimana lagi pak meski mahal ya kita beli , bodo kupat tidak membuat kupat lepet rasanya kurang enak. Terutama anak-anak melihat tetangga makan ketupat lepet rasanya kasihan juga “. Kata Muayadah warga desa Kedungmutih yang ditemui usai berbelanja di pasar. (Muin)