Autralia – Desa Merdeka : Sekelompok peretas yang mengatasnamakan Peretas Indonesia menembus sejumlah situs web di Australia dan mengganti tampilan halaman tersebut dengan tulisan berbahasa Indonesia dan Inggris.
Serangan lewat jalur internet ini menurut para peretas, dilakukan sebagai balasan setelah muncul tuduhan pemerintah Australia bekerjasama dengan Amerika Serikat melakukan penyadapan dan memata-matai pemerintah Indonesia.
Tuduhan sebagaimana diungkap mantan karyawan kontrak intelejen AS, Edward Snowden itu kini membuat gusar Klik banyak negara.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang tengah berada di negara Benua Kanguru itu tatkala bocoran tentang dugaan aksi penyadapan Australia untuk AS muncul, langsung Klik menyatakan protes keras dan meminta penjelasan resmi segera.
Marty menyebut Australia ‘sangat tidak sportif’ melakukan aksi tersebut jika tudingan itu ternyata benar.
Sejawat Marty di Australia, Menlu Julie Bishop menyatakan Klik menanggapi serius protes Indonesia tersebut namun belum ada tindakan lanjut atas kasus ini.
Berbagai situs beridentitas akhir .com.au atau .net.au yang diretas sejak Minggu (03/04), diduga tak punya afiliasi apa pun dengan pemerintah Australia.
Sejumlah media setempat dan internasional yang memberi perhatian besar pada kasus ini menyebut diantara korban retasan terdapat situs internet jasa binatu, layanan perbaikan ledeng, serta usaha bisnis kecil lainnya.
Pada halaman yang diretas, hacker menulis kalimat seperti “Maaf Admin, ini bukan lawakan atau impian ini nyata,” dengan huruf berwarna biru.
Kemudian pada baris berikutnya dengan tulisan berwarna merah, tertulis “Katakan pada pemerintah kalian hentikan kegiatan mata-mata ilegal terhadap warga Indonesia”, seperti yang muncul di situs brisbanetimberwindows.com.au.
Di halaman tersebut peretas juga memasang lagu Indonesia Pusaka, karya Ismail Marzuki, yang dinyanyikan dalam versi rock dan diimbuhi dengan pidato proklamator Ir Sukarno. Tidak ketinggalan muncul pula sesosok gambar kartun berbaju merah di bagian paling atas halaman, nampak tengah membawa tongkat dengan bendera merah putih.
Di sejumlah situs korban retasan yang berbeda muncul identitas peretas yang berbeda-beda pula, termasuk Java Cyber Army dan Indonesian Hacker Newbie.
Belum ada pernyataan tanggapan resmi baik dari aparat di Indonesia maupun Australia terkait aksi retas yang diklaim datang dari Indonesia ini. (BBC)