Demak – Mangrove, menjadi salah satu pengembangan yang dilakukan oleh sukarelawan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) di Desa Berahan Wetan, Desa Babalan, Desa Kedungmutih, Kecamatan Wedung. Program sejak 2015 hingga saat ini telah menanam lebih dari 125.000 batang mangrove.
Mukhalim (48 tahun), koordinator Sibat Desa Kedungmutih mengungkapkan aktifitas anggota Sibat dalam mengembangkan greenbelt sepanjang 2 (dua) kilometer sepanjang pantai di desanya. “Bersama 20 orang anggota Sibat, dan dukungan warga desa, kami menanam dan mengembangkan bibit mangrove,” ujar petambak garam ini.
Penduduk di pesisir pantai utara Jawa ini, mayoritas bermata pencaharian petambak (ikan, udang, garam), nelayan dan petani musiman. Tingkat kesadaran masyarakat yang masih minim dalam menyikapi kondisi alam sekitarnya, menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan program.
“Awalnya kami tidak banyak tahu tentang risiko bencana dan perubahan iklim. Sejak bergabung sebagai anggota PMI, kami menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian dan ekosistem laut di desanya dan generasi selanjutnya,” ungkapnya.
Bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor, PMI melakukan pembinaan, pendampingan dan dukungan material kepada masyarakat melalui anggota Sibat, dengan memberikan pelatihan ketrampilan yang bernilai ekonomis dan berkelanjutan.
“Kami telah dilatih untuk menanam, merawat dan mengembangkan mangrove. Juga budidaya kepiting, kerang dan tiram, yang saat ini telah kami uji coba dan membuahkan hasil,” kisahnya.
Program PRB tidak hanya bermanfaat bagi ekosistem namun juga nilai ekonomis. “Bulan Juli lalu, kami berhasil memanen kepiting jenis soka. Per ekornya dihargai Rp 25.000. juga berhasil memanen kerang dan tiram,” tuturnya.
Harapan anggota Sibat agar pengembangan berkelanjutan dan pemberian dukungan modal, dalam pelestarian pesisir juga menjadi sumber mata pencaharian alternatif. “Menjadi anggota Sibat, juga menjadi berkah bagi kami dalam mencukupi kebutuhan perekonomian keluarga,” pungkasnya.