Jepara – Desa Kedungmalang kecamatan Kedung pada tahun ini mendapatkan program perumahan untuk nelayan. Jumlah yang diajukan pemerintah daerah Jepara sejumlah 200 unit . Namun pada tahun ini telah di setujui 30 rumah dan pemasangan blok perumahan nelayan yang menggunakan sisten Risha ( Rumah Intan Sederhana Sehat ) telah dilaksanakan oleh Menteri Perumahan Rakyat Sabtu (16/4).
Risha merupakan teknologi rumah layak huni dan terjangkau dengan system knoc Down. Waktu yang diperlukan untuk pembangunan setiap modul 3X3 m adalah 24 jam yang dikaukan oleh 3 orang pekerja. Setiap modul memiliki 3 komponen panel berstruktur yang sifatnya fleksibel dan menghemat bahan bangunan.
Kepala Puslitbang Permukiman Kementerian PU Anita Firmanti mengungkapkan, Puskim Balitbang PU sudah menghasilkan Sistem Runah Instan Sederhana Sehat (Risha). Sistem tersebut hasil gubahan Kepala Balai perumahan dan Lingkungan Puslitbang Permukiman Kementerian PU Arief Sabaruddin.
Pembuatan sistem ini, kata Anita, dilatarbelakangi kebutuhan dan rendahnya daya beli masyarakat umum di Indonesia. Menurut UU No 1 Tahun 2011, masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali, harus memiliki hunian yang layak. Jika daya beli masyarakat rendah, maka perlu adanya terobosan teknologi berkualitas namun rendah biaya. Selain itu, karena kebutuhannya begitu besar dan terus bertambah, maka perlu juga solusi yang cepat.
Pada dasarnya, Risha adalah sistem pembangunan rumah yang menggunakan beton cetak atau precast concrete. Hanya dengan mencetak tiga modul dalam jumlah besar, rumah-rumah sederhana bisa dibangun dengan cepat.
“Membangun Risha sangat cepat. Kalau dulu jargonnya pesan pagi, sore huni. Tapi kelihatannya, sorenya seminggu kemudian. Paling seminggu untuk selesai. Tapi sangat cepat untuk ukuran membangun rumah layak huni,” tandas Anita.
Anita menambahkan, beton dipilih karena adanya nilai prestise. Selain itu, sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, penerimaan dari masyarakat pun tergolong baik. Di Aceh sudah berdiri 10.000 unit Risha.
“Selain Aceh, kami sudah membangun Risha di lebih dari 60 kawasan seluruh Indonesia. Sudah diuji tahan gempa. Jadi, untuk daerah rawan bencana, atu punya risiko tinggi terhadap gempa, maka teknologi ini sangat tepat. Bisa dikembangkan tidak hanya horizontal, tapi bisa juga secara vertikal,” pungkasnya (Sumber Kompas property)