Jepara –  Desa Merdeka : Ajang pilihan petinggi putaran kedua di kabupaten Jepara usai sudah. Bagi calon yang jadi merupakan kegembiraan yang tiada tara . Meski harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Dari hanya puluhan juta hingga ratusan juta mereka keluarkan untuk mendapatkan jabatan Petinggi (Kepala Desa ).

“ Kalau saya karena hanya bersaing dengan istri  kalau dihitung ya seratus juta lebih sedikit . Entahlah kalau kawan-kawan lain yang harus bersaing dengan calon lain “, aku Aqshol Amri (50) calon petinggi jadi desa Kaliombo kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara pada FORMASS.

Aqshol mengatakan sudah dua kali ini ia mengikuti ajang pilihan petinggi di desanya. Dua kali pula ia hanya bersanding dengan istrinya karena tiada lawan lainnya. Meskipun begitu ia harus mengeluarkan uang yang banyak pula. Tanpa ada uang menurut dia pilihan petinggi tidak akan jalan.
“ Malam hari sebelum pencoblosan di desa kami sudah ada isu jika uang lelahnya Cuma Rp 10 ribu mereka akan mogok tak mencoblos. Jadi untuk mengantisipasi hal itu sayapun menambah lagi jadi Rp 25 ribu “, kata Aqshol

Dikatakan , ketika awal deklarasi saja meski jauh hari dengan pelaksaanaan pilihan petinggi. Setiap hari dan setiap malam warga desa sudah nyanggong di rumahnya. Meski hanya mengeluarkan minuman sekedar , makanan ,tidak lupa juga rokok. Selain itu ada sumbangan-sumbangan untuk kegiatan keolahragaan , ibu-ibu, pemuda dan banyak lagi yang lain.

“ Memang itu sudah tradisi jadi ketika kita sudah mendeklarasikan maju jadi calon. Mau tidak mau pintu rumah kita setiap waktu harus terbuka menerima kedatangan warga “, kata Aqhol.

Dalam pemilihan petinggi kemarin biaya-biaya yang ia keluarkan diantaranya swadaya untuk P5 sebesar Rp 17 juta. Transpot untuk para pemilih perhak pilih Rp 25 ribu sejumlah 2.000 pemilih . Sedangkan pengeluaran lain yang tidak bisa dirinci adalah nyuguh tamu dan juga sponshorsip di berbagai kegiatan di desa.

“ Kalau saya sih tanpa beban karena usai pelantikan bisa menjual bengkok saya secara langsung , kalau dihitung 2 atau 3 tahun sudah bisa mengembalikan biaya pencalonan ini “, tukas Aqshol.

Sementara itu Hamdan pengamat pelaksanaan pilihan petinggi mengatakan, uang tidak bisa dipisahkan dari ajang pilihan petinggi. Ini sudah sistem yang berjalan dari sejak dulu hingga sekarang. Selain prestise jabatan petinggi atau kepala desa juga mendatangkan penghasilan yang cukup besar. Selain Bengkok yang banyak petinggi atau kepala desa mempunyai celah lain mendapatkan penghasilan.

Sebagai contoh bengkok atau gaji petinggi berupa lahan sawah. Jumlah tergantung dari kondisi desa ada yang 10, 15 hingga 25 bau. Kalau satu baunya laku 4 juta saja maka penghasilan petinggi bisa Rp 40 juta, Rp 60 juta hingga Rp 100 juta setiap tahunnya. Kalau dikalikan 6 akan ketemu Rp 160 Juta ,Rp 240 juta dan ada yang sampai Rp 400 juta .

“ Itu baru bengkok saja belum yang lainnya . Jadi diajang pilpet ini wajar jika para calon mengobral uang karena harapan mereka setelah jadi uang itu pasti kembali. Sehingga mereka berlomba-lomba untuk bersaing “, kata Hamdan yang juga Kepala Desa Kedungmutih.  ( Muin / http://www.famuin.blogspot.com )