Madinah – Pemandangan tidak lazim terjadi di salah satu bagian Masjid Nabawi pada musim haji ini. Rombongan jamaah haji dengan pakean khas Nusantara tampak menghiasi bagian ruang utama masjid Nabawi di Madinah.
Rombongan jamaah ini begitu hikmat dalam beribadah, mereka menjalankan amalan-amalan wajib maupun sunnah dengan tetap mengenakan pakaian khas Nusantara. Kecuali saat wajib mengenakan pakean Ihrom, mereka mengenakan stelan baskaplengkap dengan Blangkon khas Jawa.
Busana yang mereka kenakan seakan menunjukkan bahwa kedekatan kepada Allahsubhanahuwataala benar-benar bukan karena pakean, Hanya taqwalah yang menentukan kwalitas diri manusia dihadapan Tuhan. Pemandangan yang ditampilkan oleh Jamaah HAJI NUSANTARA Kloter 12 (sebelumnya13) dari Jepara, Jawa Tengah ini tentu menggugah ingatan tentang masa-masa di abad ke 18-19 dimana ulama Nusantara memberi warna yang kuat pada dunia intektual Hijaz.
Besarnya pengaruh ulama Nusantara ini membekas pada kawasan yang saat ini disebut Arab Saudi itu, di Syami’ah Arab Saudi dapat ditemukan sebuah kampung bernama Al-Jawi. Jawi dalam kontek ini tidak hanya berarti pulau atau suku Jawa, namun Jawi berkonotasi Nusantara atau setidaknya Asia tenggara.
“ Wong kaji iku ora kudu nganggo kopiah putih , ning ugo oleh nganggo blangkon “ begitu tulis KH Nuruddin Amin pimpinan KBIH Arofah Jepara yang menyebut dirinya Calhaj Nusantara yang dilansir dari Soeara Moeria Online.
Pemakaian blangkon itu dimulai sejak keberangkatan dari Jepara sampai turun di Madinah. Selama melaksanakan arbain calon haji pria sejumlah 58 orang itu selalu mengenakan blangkon . Sehingga pemandangan ini menjadi perhatian khusus calon haji dari negara lain.
Banyak dari mereka yang ingin berfoto bersama mengabadikan kejadian unik ini. Foto-foto yang diunggah di laman FB KH Nurudin Amin semua memperlihatkan kegiatan calon haji dari KBIH Arofah dengan blangkon sebagai ciri khas. Sedangkan untuk calon haji wanita masih menggunakan pakaian umum karena belum menemukan cirri khas Nusantara. (Muin)
Sumber Foto : FB KH. Nuruddin Amin