KH Masyhudi Nadhif Lahir di desa Tahunan pada tanggal 4 April 1946, dikenal sebagai sosok ulama yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Beliau merupakan pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Miftahun Najah yang berada di desa tahunan kec tahunan kab Jepara RT 02 RW 03 tepat berada di sebelah komplek universitas Nahdlatul ulama Jepara.

Beliau berasal dari keluarga yang sederhana, namun memiliki keinginan besar untuk menimba ilmu. Pada tahun 1957, beliau memutuskan untuk menyusul pamannya, Pakde Maskan, di Cebolek, dengan tujuan mondok dan menimba ilmu di perguruan Matholiul Falah Kajen Pati. Berkat kecerdasannya, Melalui evaluasi penerimaan Masyhudi Nadhif langsung diterima di Madrasah Tsanawiyyah Matholiul Falah.

Di sana, beliau menjalani kehidupan sebagai santri dengan penuh semangat, meskipun harus bekerja sebagai penatah kayu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, beliau mondok hanya bermodalkan saku ganden, sebuah bukti keteguhan dan tekadnya dalam menimba ilmu. Setelah menyelesaikan pendidikan di Matholiul Falah, beliau melanjutkan perjalanan ilmunya di Jawa Timur. Dengan tekun belajar dari berbagai guru sesuai dengan minatnya, beliau berhasil menguasai beragam bidang ilmu seperti tasawuf, tafsir, dan balaghoh.

Setelah menyelesaikan masa mondok, beliau menikah dengan Siti Rodhiyah. Dari pernikahan itu, ada seorang santri yang ikut bersamanya sehingga istrinya memiliki aspirasi untuk mendirikan pondok pesantren. Dengan penuh kesungguhan, Siti Rodhiyah mengumpulkan dana secara bertahap dari hasil kerajinan pembuatan mimbar yang pada saat itu bernilai puluhan juta rupiah. Hingga kini, pesantren tersebut dikenal sebagai Pondok Pesantren Miftahun Najah (PPMN) atau Pondok Pesantren Masyhudi Nadhif.

Perjuangan dan komitmen Masyhudi Nadhif dalam mengejar ilmu tidak sia-sia. Beliau kemudian mendirikan Pondok Pesantren Miftahun Najah, yang menjadi pusat pendidikan agama dan pembentukan karakter bagi para santri. Di bawah bimbingannya, pesantren ini tumbuh pesat dan menjadi salah satu lembaga pendidikan yang dihormati di daerah tersebut.

Dengan visi dan misi yang kuat, beliau memperluas pengaruhnya ke luar dinding pesantren. Kepeduliannya terhadap kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat mendorongnya untuk menciptakan program-program yang mendekatkan masyarakat dengan nilai-nilai spiritual. Salah satu sumbangsihnya yang paling signifikan adalah merintis kegiatan “Yasinan, Nariyahan, dan Khataman Bersama”. Kegiatan ini, yang dimulai dari keinginan untuk memperkuat ukhuwah dan keimanan, telah berkembang menjadi tradisi yang tetap dilestarikan hingga saat ini.

Selain aktif di pesantren dan dalam masyarakat, beliau juga yang mengusulkan pendirian Universitas Islam Nahdlatul Ulama di Tahunan, Jepara. Hal ini dikarenakan pada saat itu, beliau melihat potensi yang sangat baik dalam tanah yang luas tersebut untuk didirikan sebuah perguruan tinggi, mengingat belum adanya perguruan tinggi di Jepara.

Pada sekitar bulan November 1990, KH. Mahfudz Asymawi menerima tawaran dari KH. Masyhudi Nadhif untuk memanfaatkan lahan kebun tebu di Tahunan untuk kegiatan INISNU Jepara. Dengan menganggap lokasi lahan tersebut strategis, KH. Mahfudz Asymawi bermaksud untuk membangun bangunan kampus INISNU Jepara di sana.

Masyhudi Nadhif menyampaikan keinginan KH. Mahfudz Asymawi kepada pemilik lahan yang kebetulan adalah keponakannya, H. Muhammad Dimyati, yang akhirnya menyetujui keinginan tersebut dengan mewakafkan lahan seluas 7.000 m2 untuk pembangunan gedung kampus INISNU Jepara.

Kisah KH Masyhudi Nadhif adalah cerminan dari semangat pantang menyerah dan kecintaan terhadap ilmu. Beliau membuktikan bahwa dengan modal semangat yang kuat, kita dapat mengatasi segala rintangan. Nilai-nilai keikhlasan, kesederhanaan, dan keuletan yang dimiliki Kyai Masjhudi Nadhif patut kita teladani. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari perjalanan hidupnya dan menjadi generasi yang lebih baik.***

Penulis : Lusiana Ferdila mahasiswa KPI UNISNU Jepara