Kudus – Salah satu ulama kharismatik dari Kudus yang telah wafat beberapa tahun yang lalu adalah KH. Sya’roni Ahmadi. Beliau juga dikenal sebagai ulama yang santun dan lembut dalam berdakwah. KH Sya’roni semas hidupnya masih aktif mengasuh majelis pengajian tafsir Al-Qur’an di Masjid Al-Aqsha, Menara Kudus setiap Jumat fajar.
Dalam setiap pengajiannya, kiai Sya’roni juga mampu mensetting iklim toleransi antara beberapa kelompok yang ada, sebut saja kaum Nahdliyyin dan Muhammadiyah. Dalam bidang pengembangan fisik, Kiai Sya’roni banyak memberikan jasa dalam mengembangkan madrasah-madrasah di Kota Kudus, seperti Madrasah Banat NU, Muallimat, Qudsiyyah, Tasywiq al-Thullab al-Salafiyah (TBS), dan Madrasah Diniyah Keradenan Kudus.
Melihat jasa jasanya yang besar terhadap perkembangan pendidikan di Kudus dan sekitarnya . Nama KH. Sya’roni Ahmadi tetap dikenang dan dihormati. Bukti kecintaan dan penghormatan KH. Sya’roni Ahmadi adalah dengan menziarahi makamnya setiap waktu. Makamnya berada di Jl. KH. Turaichan Adjhuri No.164, Pejaten, Kajeksan, Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus.
Letak makam ini tidak jauh dari rumahnya dan dalam satu komplek dengan pondok pesantren Muyassar tempat beliau mengajar dahulu. Di cungkup makam itu selain Makam Mbah KH. Sya’roni Ahmadi juga makam Istri beliau. Makam ini terbuka untuk umum siapa saja yang ingin berziarah ke makam ini dipersilahkan.
Adapun jalan menuju ke makam Mbah KH. Sya’roni mudah dijangkau baik kendaraan roda 2 atau roda empat. Dengan bantuan google map peziarah bisa menuju ke makam ini dengan mudah. Biasanya peziarah yang berziarah ke makam ini juga menziarahi makam keramat ,lain di Kudus . Yaitu makam Sunan Kudus di kauman Menara dan juga Makam Simbah KH. Arwani Kudus guru juga teman seperjuangan dalam rangka da’wah Islam di Kudus.
Melansir blog talimulquranalasror, KH. Sya’roni Al-Hafidz terlahir dari keluarga santri. Sejak kecil beliau dikenal sebagai anak yang gandrung mengkaji agama, mulai dari al-Qur’an sampai tauhid, fikih, tasawuf dan sebagainya.
Meskipun berasal dari keluarga dari ekonomi pas-pasan, terbukti beliau rajin mengikuti pengajian-pengajian yang diadakan di kota Kudus dan sekitarnya. Sosok Sya’roni kecil termasuk anak yang cerdas dan rajin.
Cobaan dialami oleh Sya’roni kecil. Pada usia 8 tahun, beliau ditinggal oleh sang ibunda wafat. Sepeninggal ibunya Kyai Sya’roni di asuh oleh sang ayah.
Cobaan itu tak menyurutkan semangat Sya’roni kecil. Terbukti, pada usia 11 tahun, beliau telah hafal Kitab Alfyah Ibnu Malik Kiai Sya’roni terus belajar dengan giat. Lagi-lagi cobaan kembali datang menghampiri. Kali ini, ayahnya meninggal saat Sya’roni berumur 13 tahun.
Namun hal itu juga tidak menjadi penghalang tekad Sya’roni. Pada usia 14 tahun, Sya’roni remaja hafal Al-Qur’an atau hafidz. Hebatnya, beliau hafal Al-Qur’an dalam kondisinya yang yatim piatu.
( Pak Muin)