Jepara – Bulan Desember ini mestinya sudah memasuki musim hujan , namun hujan yang ditunggu tidak turun setiap hari. Sehingga sawah yang ditanami padi dengan system sawur tinggal di beberapa desa kecamatan Kedung mulai mengering.
Salah satu desa yang terdampak adalah desa Kalianyar sawah yang mulai ditumbuhi padi mulai retakn retak tanahnya karena tidak adanya hujan beberapa hari ini. Jika terus tidak ada air maka padi yang ditanam akan mati kekurangan air.
Solekan salah satu petani desa Kalianyar yang ditemui kabarseputarmuria mengatakan , tanaman padi yang telah tumbuh menghijau ini berumur sekitar 20 hari. Cara tanamnya dengan cara sawur tinggal . Bibit langsung ditanam keseluruh bagian sawah lalu ditinggal begitu saja.
“ Kalau MT 1 petani disini rata rata tidak membuat pembibitan padi. Namun bibit langsung disebar ke seluruh lahan sawah. Dengan adanya air hujan benih itu tumbuh dan kitab tinggal membersihkan rumput yang ikut tumbuh “, kata Solekan.
Untuk MT 2 atau gadu biasanya petani menggunakan system pembibitan dahulu. Bibit padi ditanam di satu tempat ,setelah tumbuh dan berumur 20 harian bibit itu kemudian ditanamkan ke seluruh bagian sawah . Biasanya system tanam ini kondisi sawah berair.
“ Kendala system sawur tinggal ini ya itu , setelah tumbuh kayak begini harus ada hujan atau air. Kalau taka da hujan dan tak diberi air padi yang kita tanam dengan system sawur tinggal ini bisa mati “, tambah Solekan.
Selain hujan yang tidak turun beberapa hari , sawah yang digarapnya juga banyak tumbuh rumput. Oleh karena itu hari harinya ini setiap hari disibukkan dengan membersihkan rumpul di lahan sawahnya. Selain dengan cara manual dengan mencabut rumput , juga ia semprot dengan obat penghilang rumput.
“ Ya kendalanya juga kembali di air saya tidak berani menyemprot semua dengan obat penghilang rumput ini. Saya takut karena tidak ada air membuat tanaman padi bertmabah panas sehingga ,mengakibatkan kematian “, kata Solekan yang setiap tahun pasti menggarap lahan sawah dengan menyewa.( Pak Muin)