Srihayati salah satu peternak itik di desa Karangaji Jepara
Jepara – Desa Karangaji kecamatan Kedung merupakan desa pertanian dengan area persawahan yang luas . Selain bertani menggarap sawah ada beberapa warga yang beternak itik. Mereka membuat kandang jauh dari permukiman warga yaitu dipinggir sungai dekat area persawaan.
Kandang kandang mereka sederhana terbuat dari bambu berada tepat dipinggir sungai dan dekat area persawahan. Selain tidak mengganggu warga itik itik yang dipelihara mudah mendapatkan air . Jika panen tiba membuat biaya pakan itik lebih hemat.
“ Kalau musim kemarau seperti ini sawah kering , sungai kering biaya pakan melonjak tinggi . Apalagi sekarang pakan mahal jadinya ya hanya bertahan saja untungnya tidak begitu banyak . Hasil penjualan telur dan biaya pakan imbang “, kata Srihayati (50) peternak Itik warga desa Karangaji RT 09 RW 03 pada kabarseputarmuria Rabu 16/11/2023.
Srihayati mengatakan , ia telah beternak itik kurang lebih 3 tahunan. Saat ini itik itik yang dipeliharanya yang sudah bertelor sejumlah 225 ekor. Jika musim kemarau seperti ini perolehan telur itik perharinya paling banyak 130 butir. Saat ini harga telor itik perbutirnya Rp 2.000 . Sehingga setiap harinya ia mendapatkan uang sekitar Rp 260 ribu.
“ Untuk kebutuhan pakannya sekarang perhari rata rata Rp 200 ribuan karena itik itik dikandang terus karena sungai dan sawah kering. Kebuuhan pakan jadi melonjak banyak apalagi sekarang pakan harganya naik terus . Jadi ya untung tipis kita hanya bertahan. Nanti kalau musim hujan tiba baru menghitung untungnya”, kata Sriayati.
Pakan itik menurut Srihayati merupakan pakan racikan sendiri bukan pakan dari pabrik. Adapun yang digunakan untuk pakan itik diantaranya adalah nasi aking , bekatul , ikan rucah dan kulit kerang lunak. Bahan tersebut di campur jadi satu lalu dimasukkandalam wadah. Pakan tersebut diberikan itik dua hari sekali.
“ Kalau pakannya tidak mahal sih bisa untuk lumayan banyak . Namun karena harga pakan terus naik lama lama untung makin menipis. Ya nanti kita tunggu musim hujan tiba atau saat panen padi tib akita bisa ngirit pakan dan untungnya bisa dirasakan “, tambah Sriayati.
Selama tiga tahun beternak itik di bantaran sungai situasi kendang itiknya aman .Meski tidak setiap malam dijaga . Selain itu dari hasil beternak itu ia bisa membantu pengahsilan keluarganya . Modal yang dibuat usaha untuk usaha ternak ini modal sendiri hasil dari simpanan sedikit demi sedikit. Belum ada bantuan dari instansi terkait.
“ Peternak di sini belum ada kelompok jadi ya belum pernah dapat bantuan. Inginnya sih dapat bantuan untuk tambahan modal tetapi tidak tahu caranya gimana. Kalau nelayan disini ya dapat bantuan mesin dari pemerintah”, ungkap Srihayati.
Hal sama dikatakan Asrofi (40) peternak itik warga desa Karangaji RT 10 RW 03 ia baru satu tahun membuka usaha ternak itik petelur ini. Ia ikut teman temannya yang lebih dahulu menekuni usaha ini. Ia melihat peluang ternak itik petelur ini masih bagus untuk dikembangkan.
“ Kalau untuk modal usaha ini paling sedikit harus ternak 200 ekor . Untuk itik siap bertelor saat ini harga termahal sekitar Rp 100 ribu jadi untuk beli itik sudah Rp 20 Jutaan. Kalau semuanya dengan kandangnya ya paling tidak butuh modal Rp 30 jutaan lebih “, kata Asrofi.
Asrofi menambahkan , sebenarna ia ingin membuat kelompok usaha bersama usaha ternak itik petelur di desa Karangaji ini . Ia ingin peternak itik ini mendapatkan perhatian dari pemerintah seperti usaha yang lain . Namun sampai sekarang belum kesampaian keinginan itu.
“ ya sebenarnya sih ingin buat kelompok seperti nelayan , sehingga bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah. Ngumpulkannya sulit jadi sampai sekarang belum ada kelompok khusus peternak itik di desa Karangaji “, ujar Asrofi menutup sua. ( Pak Muin )