Demak – Desa Merdeka : Lahan percontohan (demplot) garam menggunakan isolator di desa Kedungmutih kecamatan Wedung dinilai berhasil dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas garam rakyat. Keberhasilan itulah yang kemudian mendorong Metro TV salah satu stasiun televisi nasional mengadakan liputan di desa penghasil garam terbesar di kecamatan Wedung. Harapannya dengan menonton liputan itu nantinya petani tertarik untuk alih teknologi dari meja tanah ke meja isolator.
“ Saya buktikan sendiri setelah memakai media isolator ini ada peningkatan. Tidak hanya dari segi kualitas garam yang dulu tidak bisa bersih dan kering. Juga kuantitas juga ada penambahan dari pemanen satu meja ini bisa naik 6 -10 keranjang sekali ambil “, kata Musa Abdillah petani garam yang lahannya dijadikan demplot dari Kementrian Perindustrian di hadapan reporter Metro TV .
Musa mengatakan awalnya ia kurang percaya atas penemuan teknologi tersebut. Namun setelah mendapatkan pelatihan teknologi “ proses pembuatan garam Na Cl dengan media isolator pada meja kristalisasi “ di Jepara berapa bulan yang lalu. Dia sanggup lahannya dijadikan sebagai ajang percontohan agar keberhasilan itu dilihat langsung oleh para petani garam di kecamatan Wedung.
“ Awalnya saya ragu dengan teknologi itu , apalagi selain pemakaian isolator pada meja kristal juga ada pengubahan pola meja pada lahan garam. Sehingga kami mengeluarkan biaya untuk merubah lahan sesuai dengan permintaan pak Darto dari Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Semarang “, tambah Musa Abdillah.
Namun demikian setelah demplot itu berhasil , biaya yang dikeluarkan itu bisa tertutup oleh peningkatan hasil dan juga kenaikan harga garam . Dari segi hasil jelas ada peningkatan sedangkan harganyapun lebih mahal. Sama-sama garam dari satu lahan namun yang memakai isolator perkilonya terpaut Rp 100 rupiah dengan yang dari meja tanah.
“ Jadi saya bisa menghitung jika lahan saya tahun kemarin menghasilkan garam 100 ton maka penambahan hasil dari segi harga satu musim minimal Rp 10 juta. Belum dari peningkatan dari jumlah sekitar 20 – 30 persen , jadi cukup layak meski harus mengeluarkan biaya untuk pembelian media isolator”, kata Musa lagi.
Dengan keberhasilan ini Musa mengajak seluruh petani garam yang ada di kabupaten Demak ini segera beralih teknologi menggunakan meja kristal dari isolator. Selain itu teknologi pembuatan garamnya juga mengacu pada teknik yang diajarkan oleh Pak Darto dari BBTPPI Semarang. Tanpa mengikuti aturan itu hasil garam yang dihasilkan tidak bisa maksimal.
“ Terus terang saya berterima kasih pada pak Darto dari beliaulah saya bisa menerapkan teknologi media isolator yang kini telah dipatenkan. Oleh karena itu selain penggunaan media isolator yang pas juga teknik pembuatan garam juga menentukan.Ini semua saya lakukan sesuai dengan arahan pak Darto “, aku Musa dihadapan beberapa petani yang melihat dari dekat liputan dari Metro TV.
Musa yakin jika seluruh petani garam di Demak mau menggunakan media isolator ini . Kesejahteraan petani garam akan terangkat dengan sendirinya. Garam yang mereka hasilkan kualitasnya naik drastic sedangkan harganya juga cukup bagus. Saat ini harga garam dari media isolator berkisar Rp 50 ribu – Rp 55 ribu perkwintal . Apalagi jika pasokan menipis harga itu akan naik dengan sendirinya.(Muin)