Demak – Bulan Mei ini petambak garam masih mempersiapkan lahan untuk produksi garam.Hujan yang masih sesekali turun membuat air laut belum begitu asin .Sehingga plastik atau geomembran yang digunakan untuk mengkristalkan air laut belum dipasang.
Karim (56) petambak garam dari desa Kedungkarang kecamatan Wedung kabupaten Demak pada kabarseputarmuria mengatakan , ia mulai persiapan lahan sudah ada sebulan. Namun karena masih ada hujan air laut kadar garamnya masih rendah sehingga geomembran belum dipasang pada lahan kristalisasi. Ia datang ke tambak baru menata petakan petakan yang akan dibuat lahan kristalisasi.
” Gimana mau cepat panen hujan masih terus mengguyur. Jadi ya sabar saja dulu kita datang ke tambak ya menata lahan untuk kristalisasi dengan memadatkan dengan alat ini “, kata Pak Karim sambil mendorong alat untuk memadatkan tanah.
Karim menambahkan tahun ini ia menggarap lahan garam dengan sistem kerjasama dengan pemilik lahan. Lahan yang ia garap sekitar 2 hektar yang disewa oleh pemilik modal pada pemerintah desa Kedungkarang sebesar Rp 55 juta setahun. Ia bertugas menggarap atau bagian produksi dan hasil keseluruhan dikurangi biaya sewa nantinya dibagi dengan pemodal.
” Tahun ini sewanya cukup mahal karena harga garam yang cukup tinggi. Saya tak punya modal jadinya ya modal tenaga sebagai penggarap .Mudah mudahan ada kemarau dan dapat banyak sehingga bagian penggarap juga banyak “, harap Karim yang biasa bekerja sebagai tukang kayu dan tahun ini mencoba peruntungan membuat garam.
Desa Kedungkarang kecamatan Wedung kabupaten Demak merupakan salah satu desa sentra penghasil garam di Demak. Jumlah petani tambak lebih 200 orang dengan lahan garap setiap petani 1-2 hektar. Harga garam saat ini masih tinggi perkilonya diatas truk Rp 450 dan perkwintalnya Rp 450 ribu. Jauh diatas harga kekinian yang berkisar Rp 100 ribuan .(Muin)