Demak – Harga garam yang tinggi di Demak membuat petambak garam bersukacita meski hasil produksi turun namun uang yang didapatkan cukup besar. Selain petambak garam yang merasakan manisnya garam para penimbun garam yang sabar juga untung besar.Bisnis garammemang sulit untuk diprediksi seperti bisnis yang lainnya.
Sebut saja namanya pak Bejo (60) petambak garam warga desa Kedungmutih kecamatan
Wedung pada kabarseputarmuria menceritakan ia mulai menyimpan garam mulai tahun 2018 ketika itu ia punya simpanan garam sekitar 250 ton. Adapun harga garam pada waktu perkwintal Rp 130 ribu sehingga modal yang dikeluarkan sekitar Rp 325 Juta. Tahun 2022 ini garam dijual dan laku Rp 625 juta.
” Memang ketika itu harga garam sudah tinggi namun karena namanya usaha apapun harus
berani dilakukan. Ketika itu saya pinjam uang untuk simpan garam koperasi Rp 100 juta karena modal yang saya punya hanya Rp 225 juta itupun uang dari patungan anak dan saudara. Jadi orang berjiwa bisnis harus
berani menanggung resiko ketika itu bulan Oktober 2018 “, kata pak Bejo.
Selama empat tahun menyimpan garam beberapa kali ada penurunan harga garam namun hal itu membuat hatinya bergetar takut rugi. Selain itu juga mengalami kenaikan harga namun tidak begitu signifikan sehingga garamnyapun dibiarkan di gudang. Meskipun setiap bulannya ia terus membayar bagi hasil dari pinjamannya di koperasi.
“Malah tahun 2021 yang lalu garam saya dibongkar salah satu bakul garam di Kedungmutih dengan harga pada waktu itu dan digantikan garam sejumlah sama dengan timbunan saya. Sayapun setuju yang penting garam kembali garam lagi dengan jumlah yang sama”, tambah Pak Bejo.
Menurut perhitungannya selama 48 bulan ia membayar bagi hasil sejumlah Rp 50 jutaan karena bagi hasil perbulannya Rp 1.250.000 – Rp 1.500.000. Adapun penjualan garam dari pinjaman Rp 100 juta adalah 192 jutaan sehingga keuntungannya Rp 92 Jutaan. Setelah dikurangi bagi hasil Rp 50 jutaan keuntungan bersih selama 4 tahun sebesar Rp 42 Jutaan.
“Untung yang lumayan dari menimbun garam ini karena pengalaman dan juga spekuliasi. Dulu ayah saya pedagang garam dan juga sering menyimpan garam ketika harga garam murah. Saat ini peluang ketika harga garam murah saya tangkap terus nyatanya banyak untungnya daripada ruginya yang penting kita mantap”, kata Pak Bejo lagi.
Selama menimbun garam puluhan kali pak Bejo tidak pernah merugi karena ketika mulai
menyimpan garam harga di tingkat petani mulai rendah. Oleh karena itu dengan kondisi harga garam yang tinggi ia tidak pernah menyimpan garam dalam jangka waktu yang lama. Biasanya keuntungan penyimpan besar jika harga garam rendah dan waktu jualnya agal lama minimal 4 tahunan.
Dalam rentang waktu empat tahun itu pasti ada musim kemarau yang pendek sehingga produksi garam tidak begitu banyak dibandingkan dengan musim normaal. Waktu inilah yang membuat penyinpan untung besar Meskipun dengan uang pinjaman nyatanya ia masih dapat untung. Kalau semua modal sendiri tidak ada yang pinjam selama 4 tahun menyimpan garam modal awal Rp 325 Juta keuntungannyapun juga Rp 325 juta atau 100 persen dari modal.
” Kalau sekarang harga kekinian garam mestinya sekitar Rp 150 ribu perkwintalnya. Bisa naik hingga Rp 250- 300 ribu karena hasil produksi minim tahun . Jadi bila anda ingin dapat untung besar menyimpan garam paling tidak harga garam nanti kalau perkwintalnya dibawah Rp 100 ribu atau malah kurang dari itu pasti dapat untung “, kata Pak Bejo menutup dua.