Semarang – Tiga hari banjir rob disertai jebolnya tanggul penahan air di kawasan Tanjung Emas, Kota Semarang belum juga mereda hingga Rabu (25/5) siang. Area yang terdampak parah meliputi tiga kelurahan yakni Kelurahan Tanjung Emas, Kelurahan Bandarharjo, dan Kelurahan Kemijen.

Dalam laporan yang disampaikan relawan medis Masyarakat Relawan Indonesia – Aksi Cepat Tanggap (MRI-ACT) Kota Semarang, sejumlah warga mulai mengalami berbagai keluhan kesehatan.

“Kebanyakan warga datang dengan keluhan gatal-gatal hal ini bisa disebabkan karena genangan air banjir. Kondisi ini memang harus segera ditangani agar tidak semakin memburuk dan menimbulkan penyakit lain,” ungkap Ulya Hasna koordinator relawan medis MRI-ACT.

Dalam aksinya, tim medis MRI-ACT menerjunkan sepuluh relawan medis menyasar di Kelurahan Tanjung Emas dan Kemijen, Kota Semarang. “Banyak juga dijumpai warga yang mengalami tekanan darah tinggi. Hal ini wajar karena efek kurang tidur dan faktor kelelahan yang dialami masyarakat terdampak bencana,” imbuh Hasna.

Sementara Sudarmaji (47) warga Margorejo Barat, Kelurahan Kemijen menyampaikan bahwa banjir kali ini adalah banjir rob terparah yang ia alami semenjak tahun 1986.

“Beberapa warga yang rumahnya terdampak parah mengungsi ke pos ronda dan fasilitas publik lainnya. Saat ini warga sangat membutuhkan makanan siap saji dan air bersih karena terbatasnya akses,” ungkapnya.

Merespon bencana banjir rob ini, tim ACT telah mendirikan Posko Kemanusiaan yang ada di Jl. Spoorland I RT 01 RW 03 Kelurahan Kemijen, Semarang Timur. Selain pelayanan medis gratis, tim juga tengah mendistribusikan ribuan paket makanan siap saji di berbagai lokasi terdampak.