Demak – Ibu-ibu istri nelayan di desa Kedungmutih kecamatan Wedung ini memanfaatkan waktu luang dengan kerja sambilan mengupas kulit udang muara. Mereka mengambil garapan ke pengepul udang. Salah satu pengepul udang di desa ini adalah ibu Sumanah dan pak Mahmudi yang tinggal di kampung nelayan Kedungmutih bagian Barat.

Setiap hari di gudang pengolahan udang ada 5 kwintal sampai dengan 1 ton udang muara yang diolah menjadi udang tanpa kulit. Udang udang yang dimasukkan dalam boks boks plastic itu seterusnya di kirim ke tempat yang membutuhkan . Misalnya pabrik kerupuk , ruma rumah makan dan sejumlah pengepul udang tanpa kulit di daerah Semarang, Solo dan Yogyakarta.

“ Kalau sedang dagangan banyak mitra kami tenaga pengupas udang mencapai 20 orang. Selain mereka mengerjakan  di sini ,  udang bahan baku kita kirim ke rumah karena mereka kerja sambil mengurus pekerjaan rumah. Nanti kalau udang semua sudah terkupas kemudian kita timbang dan upah kita berikan”, ujar Sumanah Istri Mahmudi pada kabarseputarmuria Rabu (2/2)

Richanah (50) warga desa Kedungmutih salah satu pekerja kupas udang mengatakan , ia sudah bekerja sebagai pengupas udang lebih 5 tahun. Awalnya ia hanya mengurus rumah tangga saja. Namun melihat tetangga kanan kiri pada kerja mengupas udang iapun bergabung dengan teman-temannya. Ia berangkat kerja sekitar pukul 8 pagi dan pulangnya tergantung situasi dan kondisi.

“ Alhamdulillah sehari rata rata Rp 50 ribu dapat itupun hitungannya setengah hari saja usai dhuhur saya langsung pulang. Kalau usai shalat dhuhur kembali lagi ya bisa dapat Rp 75 ribu kadang lebih karena upah dihitung perkilo Rp 5 ribu  “, kata Richanah.

Menurut Richanah kerja kupas udang tidak sulit yang penting telaten. Selain itu kerjanya juga bersama sama sehingga sambil ngobrol ngalor ngidul tak terasa. Pulang pulang bisa membawa uang untuk tambah-tambah penghasilan suami atau untuk beri jajan harian anak-anak. ( Muin)