Demak – Salah satu komoditas pertanian yang harganya cukup pluktuatif salah satunya adalah Bawang merah sehingga bertanam bawang merah adalah ibarat bermain kalau tidak untung ya rugi. Kalau untung ya lumayan besar ,namun jika rugi ya rugi besar. Tidak seperti dengan bertanam padi misalnya karena ada peran pemerintah dalam pengendalian harga.

Hal itu dikatakan pak Kunarso petani Bawang Merah dari desa Pasir kecamatan Mijen kabupaten Demak . Ia sudah menanam bawang merah lebih 10 tahun dan setiap tahunnya harap harap cemas dengan tanaman Bawang merah yang ditanamnya. Jika panen harga bagus ya keuntungan di depan mata ,namun jika harga terpuruk apalagi musibah banjir misalnya hanya bisa berdo’a semoga tanam selanjutnya dapat untung.

“ Ya gimana karena bertanam Bawang merah ini sudah menjadi pekerjaan warga sini ya kita ikuti saja . Soal untung rugi tinggal rejeki masing masing. Harga yang menentukan pasar bisa tinggi bisa rendah . Kalau pas panen harga bagus yang kita untung sebaliknya ketika panen harga anjlok ya rugi “, kata Kunarto pada kabarseputarmuria Ahad (31/10).

Agar petani Bawang merah di desanya dapat keuntungan harga perkilogram minimal Rp 15 ribu . Namun jika harga jual perkilogramnya di bawah Rp 10 ribu maka petani bawang akan rugi atau tidak mendapat keuntungan sama sekali. Sebagai contoh ia saat ini menggarap lahan setengah bau kalau dalam kondisi normal jika panen bisa menghasilkan bawang merah sekitar 3 ton. Jika harga standar Rp 12 ribu maka hasil penjualan sekitar Rp 36 juta .

“ Nah hasil sekitar Rp 36 juta itu setelah dikurangi seluruh biaya operasional maka petani dapat keuntungan sekitar Rp 7-10 juta . Nah kalau harganya anjlok dibawah 10 ribu misalnya maka petani akan rugi karena penjualan kotor kurang dari Rp 30 juta “, papar Kunarso yang telah puluhan tahun bertanam bawang merah.

Hal sama juga dikatakan Mujazin (40) warga Pasir yang menggarap lahan di Utara sungai Wulan . Bertanam Bawang merah dengan padi biaya operasionalnya lebih banyak bertanam bawang. Selain itu kebutuhan pupuk juga cukup banyak. Apalagi saat ini pupuk subsidi terbatas sehingga ia harus membeli pupuk non subsidi. Oleh karena itu jika harga jual bawang anjlok petani bawang merah seperti dirinya terkena imbasnya.

“ Ya bagaimana petani bawang di desa Pasir ini bisa sejahtera pemerintah ya harus turun membantu terkait pupuk subsidi . Bagaimana petani mendapatkan pupuk subsidi dengan murah . Selain itu jatahnya juga harus ditambah sehingga biaya pupuk bisa di tekan dan akhirnya petani masih bisa dapat untung meski harga bawang agak rendah “, harap Mujazin. (Muin)