Jepara – Jika kita melewati area tambak garam di Jepara mulai dari Desa Semat kecamatan Tahunan hingga desa Kedungmalang kecamatan Kedung kondisinya sudah panen. Kristal garam tampak memutih di semua lahan garam . Kristal garam itu dimasukkan kedalam keranjang bambu atau zak zak plastic yang di tata di pematang sebelum dijual atau dimasukkan ke dalam gudang untuk disimpan.

Jika dijual zak zak garam tersebut kemudiang diangkut dan di tata dipinggir jalan. Jika sudah terkumpul banyak garam garam tersebut dinaikkan ke truk truk untuk di kirim ke daerah yang membutuhkan. Jika dimasukkan ke dalam gudang garam dari keranjang dimasukkan ke dalam zak-zak kemudian diangkut masuk gudang di sekitar lahan garam.

Biaya angkut garam perzak masuk gudang atau dibawa ke pingir jalan berkisar Rp 7 ribu – Rp 10 ribu tergantung jauh dekatnya lahan dengan gudang dan juga jalan raya.Tenaga angkut garam ini ada rombongan khusus ada rombongan pengangkut laki-laki juga ada pengangkut garam wanita. Tenaga kerja yang terjun di pekerjan pengankutan garam ini mencapai puluhan orang.

Makhduri petambak garam yang menggarap lahan di desa Surodadi pada kabarseputarmuria mengatakan , ia memanen garam dilahannya sudah ada satu bulanan. Garam garam yang di panen saat ini ia jual perkeranjang besar dengan berat sekitar 85 Kg di beli para pengepul Rp 40 ribu. Dulu pertama panen dibeli Rp 45 ribu rupiah namun seiring dengan banyaknya lahan yang di panen harga mulai turun .

“ Kalau harga Rp 50 ribu perkeranjang itu ya masih lumayan , petambak masih dapat untung meski tipis . Tetapi kalau harga terus turun di bawah Rp 40 ribu petambak garam sudah mulai rugi . kalau panasnya panjang sih masih mending kalau panas hujan , panas lagi dan hujan lagi ya tekor petambak garam “, kata Mahduri warga Demak yang menyewa lahan garam di Jepara.

Mahduri berharap harga garam terus stabil di kisaran Rp 40 ribu – Rp 50 ribu . Dengan harga tersebut petambak masih dapat untung maski sedikit . Namun jika harganya terus turun sampai Rp 20 ribu perkeranjang petambak garam jelas rugi. Operasional pembuatan garam sekarang cukup besar selain tenaga kerja ada kebutuhan geomembran yang dalam satu lokasi pembuatan garam minimal butuh modal Rp 15 jutaan . Belum peralatan penunjang lainnya seperti kincir angin , slender , garuk dan yang lainnya.

“ Dulu ada bantuan geomembran ya agak ringan , saat ini kita harus beli geomembran pergulung sekitar 3 jutaan minimal lahan 1 hektar butuh 5-6 gulung “, kata Mahduri. (Muin)