Jepara – Meskipun saat ini duadah jaman digital namun alat manual masih digunakan. Contohnya menambal ban dalam yang bocor meski kini banyak pemotor yang beralih ke ban tubles. Namun masih banyak pula yang menggunakan ban biasa. Selain ban luar masih mengunakan ban dalam .

Oleh karena itu ketika ban kempes atau bocor untuk menambalnya masih menggunakan alat tambal ban bakar. Meski manual dengan cara dibakar dan harus mengeluarkan ban dalamnya . Tetapi hal ini masih dijalankan oleh bengkel bengkel baik di desa maupun di kota.

Seperti halnya Mas Aris warga asli Jekulo Kudus yang kini membuka usaha bengkel , tambal ban dan cuci motor di area Pabrik HWI desa Gemulung kecamatan Kalinyamatan ini. Ia masih menggunakan alat tambal ban bakar untuk menambal ban dalam yang bocor. Meski ada beberapa pemotor yang menggunakan ban tubles namun ban dalam masih banyak digunakan.

“ Ya meski manual tapi alat tambal ban bakar ini masih layak untuk digunakan . Ya ada sebagian yang sudah pakai ban tubles tapi hanya beberapa saja. Hampir semua pemotor masih mengunakan ban dalam seperti ini jadi ya kita buka tambal ban bakar “, aku bang Aris yang yang pernah merantau ke luar jawa ke Riau dan Papua.

Diperantauan bang Aris selain membuka usaha bengkel juga dengan usaha tambal ban. Di Papua misalnya ongkos untuk bengkel , tambal ban atau cuci motor hampir dua kali lipat . Selain bahannya yang mahal juga biaya hidup disana juga lebih besar. Begitu juga ketika ia merantau ke Riau disana juga serba mahal sehingga ongkos servis , tambal ban atau cuci juga menyesuaikan.

“ Kalau di sini satu kali tambal Rp 10.000 ribu , kalau diluar jawa ya Rp 15 ribuan di Papua bisa lebih. Ya yang namanya usaha ada ramai ada sepinya . Saya disini sudah setahun lebih dan kontrak tiga tahun. Yang penting sehari hari bisa buat makan “, kata Mas Aris pada kabarseputarmuria. (Muin)