Jepara – Petani di Jepara khususnya di desa Tedunan kecamatan Kedung saat ini sedang memupuk lahan sawahnya sehabis ditanami. Setelah diberlakukannya kartu Tani saat ini suplai pupuk bersubsidi ke petani jumlahnya berkurang banyak. Sehingga banyak petani yang harus membeli pupuk non subsidi yang harganya lebih dua kali lipat.
Seperti halnya Mbah Umi Kulsum (55) petani warga RT 02 RW 02 ini menuturkan sebagai penyewa lahan sawah ia kesulitan memperoleh pupuk subsidi karena jumlah yang didapatkam sangat kurang pada tahap pertama. Sedangkan untuk tahap selanjutnya diperkirakan pupuk bersubsidi baru keluar lagi bulan Januari nanti.
“ Kalau saya tunggu sampai bulan Januari nanti bisa bisa tanaman padi saya bisa tidak panen karena kurang pupuk. Oleh karena itu sayapuin beli pupuk non subsidi ke toko dilain desa dengan harga Rp 270 ribu untuk urea. Meski mahal ya saya beli karena tanpa pupuk tanaman tidak bisa tumbuh dengan baik. “, ujar Mbah Umi Kulsum .
Hal sama juga dikatakan Mbah Daroji yang juga menyewa lahan milik orang lain iapun kekurangan pupuk pada MT 1 tahun ini. Ia belum diberi kartu dari yang empynya sawah. Sehingga untuk pemupukan pertama ini ia terpaksa belui pupuk non subsidi ke Pecangaan. Dulu sebelum ada sistem Kartu tani ia bisa mebeli pupuk baik subsidi maupun non subsidi di pengecer lain. Namun saat ini pupuk bersubsidi hanya bisa ditebus dengan kartu itupun harus ditempat yang ditunjuk.
“ Aturan pembelian pupuk bersubsidi sekarang memusingkan petani selain tempatnya tidak bisa bebas seperti dulu juga pasokannya tidak tepat waktu. Saat petani butuh pupuk subsidi di jawab kosong adanya nanti bulan Januari. Padahal di bulan itu sudah selesai pemupukan lahan sawah. Dengan kondisi ini petani mengalami kerugian karena pengeluaran biaya pupuk yang besar “, tutur Mbah Daroji.
Terpisah Jalil warga desa Gerdu kecamatan Pecangaan pengecer pupuk subsidi yang ditunjuk untuk area desa Karangrandu dan Gerdu mengatakan. Saat ini distribusi Pupuk bersubsidi sulit tidak seperti tahun lalu . Selain pasokannya yang kurang jumlahnya dibandingkan lahan garapan petani. Juga pengiriman pupuk tidak tepat waktu .
Mestinya bulan Desember ini kebutuhan pupuk harusnya dua kali yang harus dikirim . Namun kenyataannya baru separuhnya sehingga banyak petani yang harus mebeli pupuk non bersubsidi untuk mengejar tanaman padinya agar tidak tumbuh baik. Untuk suplai pupuk non subsidi tidak masalah jika ia punya uang pupuk dipastikan ada.
“ Ya dengan yang lalu berbeda jauh jumlah kuoatanya kalau tidak ada penambahan ya kira kira baru separuhnya jika dibandingkan dengan tahun lalu. Oleh karena itu kami mohon ada penambahan jatah pupuk bersubsidi dan juga pengirimannya tepat waktu sehingga petani bisa mengurangi biaya pupuk mereka sehingga bisa menambah pendapatan mereka “, tutur Jalil yang membuka Agen Pupuk bersubsidi sejak tahu 2006. (Mu’in)