Jepara – Salah satu minuman terpopuler  dari Jepara adalah Cendol Dawet meskipun daerah lain juga ada minuman sejenis ini. Keterpopuleran minuman ini tidak hanya di Jepara sendiri namun di daerah lain banyak pula warga Jepara yang berjualan minuman Cendol Dawet ini.

Salah satunya adalah pak Nur Khosim warga desa Kaliombo kecamatan Pecangaan yang sudah lebih sepuluh tahun berjualan Cendol Dawet di ibukota Jakarta. Meskipun kini kembali berjualan di kampung dia pernah merasakan manisnya berjualan Cendol Dawet di Jakarta. Selain bisa menghidupi keluarga dari usahanya berjualan Cendol Dawet bisa membangun rumah dll.

“ Saya ingat jualan di Jakarta satu gelas Rp 1.500 , cari uang di sana dulu gampang sebulan du kali saya pulang kampung . Kini di sana serba sulit sehingga lebih sepuluh tahun saya mencari uang di sana . Setelah penjualan turun saya pulang kampung jualan keliling “, kata pak Nur Khosim pda kabarseputarmuria Sabtu (22/8).

Usai merantu di Jakarta pak Khosim tetap berjualan di kampungnya Jepara. Ia kemudian jualan Cendol Dawet keliling dengan sepeda motor. Tempat mangkalnya di Pasar Karangaji kecamatan Kedung. Namun jika siang tiadak habis ia kadang keliling di sekitar desa Karangaji. Namun tidak setiap hari keliling karena dagangannya sering habis di pasar Karangaji.

Di pasar Karangaji ia berjualan Cendol Dawet hampir sepuluh tahun sehingga sudah banyak pelanggannya. Cendol dawet pak Nur terkenal murah karena saat ini pergelasnya ia jual Rp 2.000 setiap gelasnya. Selain diminum di tempat banyak pula yang dibawa pulang dibungkus plastic. Biasanya yang dibawa pulang belinya lebih dari satu bungkus.

“ Untuk bahannya dari tepung  sedangkan supaya enak kita kasih santan kelapa asli. Sedang rasa manisnya terbuat dari gula putih dicampur gula aren. Sehingga baunya harum menyegarkan jika diminum . Semuanya saya  buat dari bahan bahan pilihan tanpa menggunakan bahan pengawet jadi aman untuk tubuh kita “, tambah pak Khosim.

Usai peringatan 17an Agustus ini pak Khosim pindah berjualan ke Pasar Baru Kedungmutih Demak. Di tempat ini I membuka lahan penjualaan baru . Sedangkan tempat lama  lapaknya di Karangaji ditunggui salah satu putranya. Dulu ia kerja pabrik ,namun karena merasa berat iapun mengikuti jejak ayahnya berjualan Cendol Dawet.

Pak Khosim mengatakan jualan Cendol Dawet ini hasilnya tidak besar ,namun setiap hari pasti dapatnya. Jika membuat sekitar 3,5  kg tepung dibuat cendol dawet maka ia bisa dapat kotor Rp 300 . Setelah dikurangi bahan bahan daan juga operasional seharinya ia mendapatkan penghasilan bersih Rp 75-80 ribu rupiah. Jika yang dibuat lebih banyak ia juga dapat untung banyak tergantung ramainya penjualan.

“ Yang namanya usaha ya kadang ramai juga kadang sepi , namun selama hampir dua puluh tahun ini saya jalani senang hati . Saya gembira anak saya tertarik juga berjualan Cendol Dawet ini mudah mudahan terus jalan usahanya “, kata Pak Nur Khosim menutup sua.( Muin ).