Demak – Di desa kedungmutih kecamatan Wedung tepatnya di Show Room Garam Koperasi ROMA , ada demplot percontohan Rumah Garam Industri atau RGI . RGI ini adalah sebuah lahan pembuatan garam yang bentuknya seperti rumah dengan atap . Di dalamya berisi air garam tua yang setiap hari diuapkan . Dalam masa tertentu dari dalam rumah garam ini bisa di panen garam dengan kualitas yang bagus.
Musa Abdillah Pengurus Kopersi ROMA pada kabarseputarmuria mengatakan, teknologi RGI ini diperkenalkan oleh Pak Sudarto pakar garam dari Kementrian Perindustrian. Pembuatan RGI ini cukup mudah bahanya berupa bamboo dan media isolator. Biayanya tergantung luas lahan dan yang terpenting posisi lahan tinggi sehingga tidak terkena air rob.
” Kami berterima kasih pada pak Sudarto yang mulai tahun 2018 tahun telah mengajak kami alih teknologi untuk membuat garam dengan kualitas yang bagus. Beliau juga memperkenalkan Media Isolator yang saat ini sudah dipakai oleh petambak garam disini. Nah yang terakhir ini menerapkan tekonologi lagi bagaimana membuat garam untuk subsitusi garam impor salah satunya ya RGI ini “, kata Musa Abdillah.
Dilahannya setidaknyaa ada delapan RGI dengan panjang sekitar sepuluh meter dan lebar tiga meter. Setelah RGI siap selanjutnya diisi air garam tua atau sisa sisa dari meja kristalisasi garam dengan ukuran dua puluh empaat derajat be. Tinggi air dalam RGI tergantung pasokan air semakin tinggi air . Semakin banyak garam yang bisa di panen.
“ Ini kita panen garam hasil pengisian air tua setelah musim penghujan tiba. Air tua sisa panen tahun yang lalu kita masukkan ke dalam RGI ini. Kemarin kita panen karena ada permintaan garam dengan kualitas industry dan harganya lumayan bagus bisa nutup biaya opersional dan masih dapat untung “, kata Musa Abdillah lagi.
Harga garam dari RGI ini dihargai lebih Rp 1.000 setiap kilogramnya ,padahal garam biasa dengan kualitas bagus harganya saat ini paling tinggi Rp 300 rupiah . Sehingga harganya terpaut jauh dengan garam biasa. Oleh karena itu ia dan anggota koperasinya setelah mendapatkan pelatihan membuat garam Industri ini langsung praktek di lahan masing masing.
“ Memang harga garam kualitas biasa harganya turun banyak karena stok yang masih menumpuk di gudang , namun teman teman kita arahkan membuat garam dengan kualitas industry dengan Na Cl yang sesuai standart. Hasilnya sudah bisa kita rasakan ada perbedaan harga yang lumayan banyak . Sehingga teman teman tetap semangat membuat garam dengan kualitas bagus”, tambah Musa.
Untuk membuat garam dengan kadar Na Cl yang tinggi memang butuh waktu dan ketekunan. Selain itu juga harus tahan dengan kondisi kanan kiri yang telah panen lebih dahulu. Karena air yang dimasukkan dalam lahan kristalisasi minimal dua puluh derajat be. Selain itu waktu tunggu pungut garamnya juga lebih lama.
“ Garam bisa dipungut atau di panen paling sedikit sepuluh hari agar garam kualitasnya tinggi. Sedangkan garam dengan kualitas rendah biasanya hanya butuh waktu lima hari garam langsung dipanen. Sehingga kualitasnya rendah garam masih berair dan kristalnya tidak bisa bening seperti ini “, tambah Musa.
Musa mengajak kepada seluruh petambak untuk membuat garam dengan kualitas yang bagus agar dihargai lebih tinggi. Namun untuk mengajak mereka beralih teknologi cukup sulit . Kendala yang utama adalah pola pikir dan juga ketersediaan modal. Untuk anggota koperasinya saat ini sudah beralih teknologi dan fihaknya telah mendapatkan peluang pemasaran garam dengan kualitas bagus ini masuk pabrik swasta ataupun BUMN.
Oleh karena itu Musa berharap adanya dukungan dari pemerintah , untuk alih teknologi membuat garam substitusi import atau kualitas industri selain dibutuhkan sumberdaya manusia ,alam juga dana yang cukup besar. Sehingga butuh pembinaan dari pemerintah berkaitan dengan pembiayaan untuk alih teknologi ini. Apalagi dengan kondisi harga garam yang terpuruk ini membuat pegaram kesulitan untuk pembiayaan penggarapan lahan garam. =Muin=