Jepara- Berbagai produk ukiran dari Jepara dulu merupakan barang yang berharga tinggi dan banyak diminati hingga keluar negeri. Sehingga usaha kerajinan ukir baik berupa meubel atau bentuk lain pernah mengalami jaman keemasan . Baik pengusaha maupun tukang kayu dan pengukir bersinergi simbiosis mutualisme. Perekonomian Jepara secara umum kuat dan warga sejahtera hidupnya.

Namun saat ini usaha meubel  tak secerah dulu , kini hanya beberapa warga yang bermodal besar yang masih bertahan. Harga penjualan tidak setinggi dulu , sedangkan permintaan juga tidak seramai dulu. Sehingga hal ini membuat pekerja meubel terutama pengukir tidak sejahtera seperti dulu. Selain order yang tidak menentu upah atau bayaran tidak semahal dulu. Dulu ada perbedaan upah ukir halus dan kasar cukup signifikan. Namun kini terpautnya tidak begitu banyak sehingga mereka enggan untuk meningkatkan ketranpilannya

“  Ini ukiran motif kasar dan mudah dikerjakan , upah segini hanya Rp 5 ribu kalau saya kerja pagi sampai sore paling dapat 15 plong kalau diuangkan ya Rp 75 ribu. Kalau dulu upah ukir cukup lumayan bisa dua kali lipat dengan sekarang. Jadi sekarang orang yang terjun bekerja sebagai pengukir sudah jarang karena upah yang rendah “, tutur pak Sukadi ( 48 ) pengukir kayu asal desa Semat RT 07 RW 03 pada kabarseputarmuria Rabu (22/7)

Sukadi mengakui sejak kecil sudah bekerja sebagai pengukir kayu .Awalnya ia hanya ikut kakaknya yang berprofesi tukang ukir terlebih dahulu. Habis sekolah SD ia membantu kakaknya dengan pekerjaan mbobok ata melubangi. Setelah itu ia mulai belajar gambar gambar ukir yang rumit atau sulit. Saat ini ia telah menguasai teknik ukir kayu dari sederhana sampai yang rumit . Namun karena upah yang terpaut sedikit ia kini ambil orderan yang mudah mudah saja.

“ Saat ini upah pengukir kayu dan tukang kayu lebih menjanjikan tukang kayu. Sehingga kini banyak pengukir yang pindah profesi sebagai tukang kayu. Selain itu orderan ukiran kayu juga tidak seramai dulu. Jadi sekarang profesi ukir kayu saat ini banyak yang sambilan seperti saya ini. Ambil garapan kerjakan di rumah sambil kerja lainnya untuk belanja sehari hari “,tambah Sukadi.

Jika dihitung dengan upah tukang kayu atau bekerja di pabrik , penghasilan tukang ukir lebih rendah . Sehingga saat ini regenerasi tukang ukir di Jepara cukup lambat. Hal ini dikatakan Hadi Priyanto budayawan dan pengamat masalah social di Jepara. Penyebab dari rendahnya upah tukang ukir di Jepara salah satunya adalah turunnya permintaan mebel berukir .

Kebanyakan saat ini permintaan mebel dalam bentuk minimalis. Selain itu bahan mebel yaitu kayu jati harganya cukup mahal , bila dijadikan meubel ukir harganya jadi tambah mahal dan tidak terjangkau. Permintaan meubel Jepara dulu cukup banyak terutama ekspor , sekarang mulai surut dan hanya melayani kebutuhan local saja.

“ Banyak aspek yang menyebabkan rendahnya upah tukang ukir di Jepara . Yang paling signifikan adalah turunnnya permintaan meubel ukir . Pangsa ekspor meubel ukir di Jepara tidak secerah dulu . Di akui atau tidak penurunan permintaan meubel ukir salah satu penyebab rendahnya upah tukang ukir.Selain itu juga tidak ada rasa berbagai antara bos dan para pengrajin ukir dari segi pendapatan “, tambah Hadi Priyanto.        ( Muin )