Bekasi – Banjir tahun ini sudah datang 2 x sejak tinggal di komplek 9 tahun yang lalu. Tidak hanya Jakarta, Bekasi malah di nyatakan lumpuh karena di kepung banjir dengan tinggi genangan yang bervariasi, dari mulai semata kaki sampai semata orang dewasa pada 25 Februari 2020 kemarin.

Apakah kemudian kami menghujat Gubernur Jawa Barat atau Walikota Bekasi dan memintanya mundur karena tidak bisa menangani banjir? Sepertinya tidak. Bekasi dan Jawa Barat meski langganan tetap banjir, berbeda dengan Jakarta yang selalu mengaitkan banjir dengan politik kekuasaan siapapun gubernurnya.

Bagi kami banjir adalah sebuah proses alam menemukan keseimbangan yang dalam bahasa Tembok Kidul kuno disebut equilibrium. Bukankah air hanya memenuhi kodratnya mengalir sampai jauh ke tempat yang lebih rendah?

Netijen Jakarta mungkin harus belajar banyak dari warga Bekasi terutama anak anak yang selalu ceria menghadapi banjir tanpa harus mengaitkan dengan syahwat politik kekuasaan. Bahkan tetangga gw masih ngariung dengan khidmatnya di tengah banjir tanpa ada satu pun makian terlontar layaknya yang di lakukan netijen terhadap Gubernur Jakarta.

Banyak orang yang hanya numpang cari duit di Jakarta dan minim kontribusi terhadap lingkungan sekitarnya tapi giliran banjir datang suaranya lantang membelah jagat maya. Yang begini ini biasanya tangannya bersih dari lumpur banjir karena enggan juga turun tangan membantu, tapi hati dan mulutnya kotor melebihi kotornya air banjir.

Sumber Tulisan : FB Inal Afandi Bekasi