Jepara – Bulan besar atau Dzulhijjah tahun ini memang istimewa dibandingkan dengan yang sudah sudah. Ini berkaitan dengan orang punya gawe atau hajatan terutama pernikahan. Di bulan ini orang punya gawe hampir setiap hari ada bahkan satu desa sehari bisa 2-3 tempat bahkan lebih. Inilah yang membuat warga pusing dikarenakan harus mengeluarkan “Buwohan” kepada si tetangga atau saudara yang punya gawe.

” Kalau saya hitung dalam bulan ini saya terima undangan lebih 30 lembar. Namun tidak semua saya datangi yang penting penting saja atau yang pernah putangan saja. Kalau semua kita datangi habis biaya banyak apalagi jika buwohnya rokok S putih tinggal ngalikan saja “, cerita Harun warga desa Gerdu kecamatan Pecangaan pada kabarseputarmuria.

Entah siapa yang memulai kini di Jepara Buwoh rokok sudah mentradisi. Sehingga saking banyaknya orang yang punya gawe pasokan rokok dari pabrik kurang dalam memenuhi permintaan. Hal itu wajar karena rokok saat ini bukan barang yang di konsumsi namun sudah seperti uang.Oleh karena itu ketika masih di tempat yang punya gawe maka persediaan rokok di toko habis di borong. Kembalinya nanti ketika rokok itu dijual kepada pedagang.

Hal sama dikatakan Munip warga desa Geneng kecamatan Batealit, menyumbang rokok dalam suatu hajatan baik pernikahan atau sunatan memang sudah tradisi. Ia yang membuka toko kelontong sering di belanjai rokok oleh warga untuk menyumbang. Diapun sering membeli rokok dari warga yang habis punya hajatan yang sering disebut Poden . Sehingga ia harus membedakan pembeli dan memilihkan rokok mana untuk dikonsumsi dan mana untuk menyumbang.

” Saya membuka toko udah lima tahunan warga yang berbelanja rokok untuk menyumbang sudah ada dan kadang yang punya gawe juga menjual rokok pada saya, saya paling ambil untung 2-3 ribu perpresnya. Lumayan orang gunya gawe rokok S laris aku munif

Saking maraknya warga yang menyumbang rokok untuk hajatan stok rokok di toko toko dan kios di desa desa mengalami kekosongan. Rokok rokok tersebut masih tersimpan di rumah rumah warga yang punya gawe. Hal itu terjadi karena pasokan rokok dari pabrik sama atau tidak ada penambahan. Entah sampai kapan tradisi sumbang menyumbang rokok ini ada.//muin//