Demak – Panas matahari mulai terasa hujanpun mulai berkurang. Petambak garam di desa Kedungmutih kecamatan Wedung dan sekitarnya mulai menggarap lahannya. Meski harga garam belum naik secara significant namun beberapa petambak mulai menjual garam nya.
Haji Nurshohib petambak garam yang warga RT 4 RW 2 desa Kedungmutih kepada kabarseputarmuria mengatakan meski harga garam belum tinggi seperti tahun yang lalu namun karena kebutuhan yang mendesak akhirnya di lepas juga. Memang ada kenaikan perkwintalnya naik Rp 5-10 ribu.
” Memang sudah ada kenaikan tetapi masih tinggi tahun lalu karena harga garam pada awal panen dibeli tengkulak Rp 110-125 ribu setiap kwintalnya. Saat ini baru dibeli Rp 75-80 ribu setiap kwintalnya”, kata Haji Nur Shohib
Ditambahkan, dengan biaya operasional yang tinggi harga garam saat ini belumlah layak. Selain harga sewa lahan yang terus naik juga penggunaan geomembran menambah beban operasional. Belum lagi ditambah biaya tenaga kerja yang bertambah mahal.
” Sebagai contoh saja satu lembar geomembran harganya mencapai 3 juta rupiah. Padahal satu lahan butuh 3-5 lembar. Terus tenaga kerja perhari saat ini Rp 125 ribu. Sehingga jika harga jual garam rendah petambak akan rugi”, tambahnya
Melihat kondisi itulah maka ia berharap harga garam ditingkat petani minimal Rp 100 ribu. Dengan harga tersebut petambak tidak akan rugi terutama bagi para penyewa lahan. Dengan kondisi musim garam yang pendek misalnya petambak tidak akan merugi. Dengan harga garam yang bagus petambak akan bersemangat menggarap lahannya.
” lho ini jika harga garam bagus mereka akan garap lahannya meski bulan puasa. Namun rata rata petambak disini baru semangat menggarap tambaknya habis lebaran,” pungkasnya