Demak- Musim hujan telah tiba lahan garam di sentra pembuatan garam Demak kini menjadi kolam raksasa penuh dengan air . Lahan yang dahulunya bisa di panen garam kini ditinggalkan begitu saja.
Terlihat plastic geo isolator berwarna hitam masih terpasang di lahan. Beberapa petambak mulai mencopot geoisolator dari lahan ,mencuci , menggulung dan menaikkan ke tempat yang tidak berair.
Seperti yang terlihat di lahan garam desa Kedungmutih kecamatan Wedung beberapa petambak garam datang ke lahan untuk membenahi geoisolator yang masih terpasang dilahan. Untuk melakukan kegiatan pengambilan geoisolator setidaknya dibutuhkan 2-3 orang.
Selain di gulung geoisolator juga harus di cuci untuk menghilangkan lumut dan tanah yang menempel.Jika tidak dibersihkan ketika dipakai lagi garam yang dihasilkan tidak bisa putih bersih karena ada kotoran yang menempel.
Mahmudi (50) salah satu petambak garam warga desa Kedungmutih yang ditemui kabarseputar muria Minggu (23/12) mengatakan, pembersihan dan penggulungan geoisolator ini untuk menghemat biaya produksi garam . Geo isolator yang dirawat dengan baik bisa digunalan tidak hanya satu kali panen saja.
“ Kalau tidak diambil dibersihkan dn disimpan ditempat yang baik ya tahun depan tidak bisa digunakan lagi , Padahal harga satu gulung seperti ini paling murah Rp 2,5 juta dan yang paling bagus Rp 5 Juta . Padahal lahan ini butuh 10 gulung “, kata Mahmudi.
Untuk pembelian geoisolator saja Mahmudi merogoh koceknya sebesar Rp 20 jutaan bukan biaya opersional lainnya. Jika harga garam bagus seperti tahun ini biaya operasional yang besar tidak terasa. Namun jika harga garam ambruk seperti beberapa tahun yang lalu petambak garam tak mampu beli geoisolator.
“ Sebenatnya kalau mau merawat seperti ini mencuci bersih menggulung kembali.Geoisolator ini bisa tahan dua sampi tiga kali panen garam . Kalau dibiarkan dilahan ya paling satu kali sudah rusak “, kata Mahmudi. (Muin)