Jepara – Bertani atu menanam padi bagi Haji Suchaeri warga desa Percangaan Kulon kecamatan Pecangaan merupakan hal yang mengasyikan . Sehingga jika padi mulai di tanam hari harinya selalu diisi dengan ngantor di sawah. Ya bagi dia sawah merupakan kantor yang selalu di buka setiap hari. Tidak jarang ia ngantor dengan di temani istrinya tercinta.
“ Embah saya dulu bertani dilanjutkan bapak saya juga bertani , kini giliran saya juga melanjutkan tradisi leluhur kita bertani menanam padi . Saya jalani terus sampai sekarang Alhamdulillah hasil bertani bisa untuk apa apa salah satunya menguliahkan anak saya dua jadi sarjana “ kata pak Haji Suchaeri yang ditemui kabarseputar muria di lahan sawahnya dekat kolam pancing dan warung makan desa Pecangaan Kulon.
Dengan lahan sawah produktifnya itu satu tahun ia bisa memanen sawahnya tiga kali tanpa henti. Sehingga selama setahun sawahnya bisa panen tiga kali karena pengairannya intensif sekali meski kemarau panjang tetap ada air. Sedanglan jika musim hujan curah hujan tinggi air bisa surut dengan cepat. Sehingga setiap waktu jika ia ke sawah pemandangan hijau selalu ada dan menenteramkan hatinya.
“ Alhamdulillah selama menggarap sawah saya tidk pernah rugi karena gagal panen. Itu semua berkat pengelolaan yang baik pada lahan mulai dari persiapan , tanam padi , perawatan sampai panen dn juga pelaksanaan panen. Agar hasilnya maksimal kita harus selalu berkoordinasi dengan petugas dinas pertanian “, kata Pak Haji Suchaeri.
Sebagai Ketua Klomtan Bakti Tani Haji Suchaeri selalu megikuti arahan dari Penyuluh Pertanian salah satunya adalah menanam padi dengan system jajar legowo atau ia mengistilahkan tanam padi ala shalat berjamaah. Meskipun belum begitu banyak petani yang menggunakan system ini namun ia selalu mempraktekkan tanam padi system jajar legowo semenjak mulai diperkenalkan. Saat ini sampai dulu sawahnya selalu menjadi demplot percontohan tanam padi system jajar legowo ini.
Selama ia menerapkan system tanam padi jajae legowo ini hasilnya selalu baik dan maksimal hasilnya. Selain menghemat bibit padi , perawatan , serta pemupukan hasil panen system jajar legowo ini juga lebih banyak dibandingkan dengan tanam paadi system biasa. Penambahan hasil panen dengan system ini biasanya 10 – 20 persen dengan tanam padi biasa.
“ Meskipun sudah saya perkenalkan terus namun petani disini memang masih sulit untuk tertarik dengan system jajar legowo ini . Padahal kalau mengikuti aturan penyuluh maka hasil mereka akan naik misalnya mulai tanam pakai jajar legowo , pemupukan berimbang dan pengairan teratur hasil akan maksimal seperti yang saya alami puluhan tahun”, tambah haji Suchaeri.
Perhitungan untung rugi dalam bertani menurut Haji Suchaeri cukup mudah dengan system ubinan atau meteran permeter persegi biaya tanam sekitar 3ons . Sehingga jika dikalikan satu hektar ketemu 3 ton . Nah jika petani dalam satu hektar dapat 6 ton maka keuntungannya 3 ton begitu seterusnya. Jika menggunakan system jajar legowo , dengan pemupukan berimbang pengairan teratur hasilnya bisa nyampai 8 ton .
Haji Suchaeri menambahkan bertani seperti dirinya penghasilan tidak lebih lebih namun cukup untuk semuanya . Dari hasil bertani ini ia mengaku telah menyekolahkan kedua anaknya hingga meraih title Sarjana , selain itu juga bisa menunaikan ibadah haji ke tanah suci dan masih banyal lagi yang lainnya. Oleh karena itu ia terus menekuni usaha bertani ini sampai akhir hidupnya , selain itu ia juga membuka usaha toko saprotan ( sarana produksi Pertanian ) di rumahnya pinggir jalan raya Pecangaan – Karang randu. (Muin)