Jepara – Ada pepatah seribu satu cara mencari uang , seribu satu pekerjaan untuk menyambung hidup . Hal itulah yang dijalani Ibu Roikhatun dan suaminya selama lebih lima tahun menekuni usaha jual beli ayam kampung. Dari usaha inilah ia bisa memenuhi kebutuhan hidup harian sampai dengan menguliahkan anak di STIKES Kudus dan hampir rampung. Meski harus keluar pagi buta dan pulang sore hari semua itu dijalani dengan senang hati.

Ditemui di tempatnya mangkal mencari dagangan Selatan jembatan desa Tedunan kecamatan Wedung Roikhatun dan suaminya menunggu warga dan pengepul ayam yang menjual ayam di seputaran desa Tedunan. Dengan membawa dua sepeda motor ia menunggu dagangan setiap hari Jum’at dan Senin. Untuk hari lainnya ia mengkal di tempat lain. Ayam ayam hasil pembelian ia masukkan dalam kandang ayam yang di taruh di atas sepeda motor.

“ Jika hari Jum’at dan Senin saya ambil dagangan di tempat ini , saya sudah punya langganan para bakul kampung yang mencari dagangan masuk ke kampung kampung. Saya disini tinggal beli dari mereka sama sama dapat untung saya tak usah masuk kampung “, kata Roikhatun pada kabarseputarmuria.com

Ayam yam setelah terkumpul banyak selanjutnya di bawa ke pasar unggas Kalinyamatan . Disana sudah menunggu bakul-bakul besar yang membeli ayam dari kampung. Harga ayam yang dijualbelikan tergantung besar dan sehatnya ayam . Harga ayam kampung potong  terendah biasanya Rp 35 ribuan  sedangkan ukuran besar Rp 100 ribu. Untuk ayam kecil biasanya untuk rumah makan-rumah makan. Sedang yang besar biasanya untuk hajatan rumahan , misalnya slametan.

Adapun keuntungan jual beli ayam kampung ini lumayan besar . Satu ayam keuntungan yang bisa diambil berkisar Rp 5 ribu – 10 ribuan. Jika sehari bisa laku 50 ekor ayam misalnya keuntungan Rp 250 – 300 ribu . Oleh karena itu usaha jual beli ayam kampung potong ini cukup prospektif untuk dijalankan bagi siapa saja yang belum mempunyai pekerjaan tetap. Selain itu juga bisa dijadikan pekerjaan sambilan.

“ Untuk jual beli ayam potong ini resiko kematiannya minim sekali , jika ada ayam yang kurang sehat maka secepatnya kita potong. Ayam yang telah terpotong itu kita setorkan pada warung makan warung makan langganan . Jadi kita tidak pernah rugi karena ayam yang kita jual mati “, kata Roikhatun.

Meskipun kelihatannya repot namun usaha jual beli ayam kampung bagi Roikhatun dan suaminya merupakan usaha yang menyenangkan dan mudah ditekuni. Sehingga setiap habis subuh ia bersama suaminya menjemput ayam-ayam kampung dari para pengepul yang ada di daerah pinggiran . Setelah terkumpul ia bawa ayam-ayam itu menuju ke pasar Kalinyamatan . Selain itu banyak pula para bakul yang datang ke rumahnya mengambil dagangan. (Muin)