Demak – Untuk memeriahkan pesta HUT Kemerdekaan RI yang ke 73 remaja desa kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak yang tergabung dalam Brax Xobong menggelar acara unik. Yaitu lomba panjat pinang namun khusus untuk Waria ( Wanitia Pria ) setidaknya ada delapan waria yang dilibatkan pada kegiatan ini.

Pinang menjulang dengan berbagai macam hadiah telah disiapkan . Namun karena tidak ada Waria di desa itu akhirnya mereka mendatangkan rombongan waria dari luar desa untuk memanjat pinang yang telahn disediakan pantia. Selain menyediakan hadiah mereka juga mendatangkan  para waria dengan dana transport tertentu.

“ Katanya sih untuk mendatangkan para waria biaya sekitar satu juta lebih sedikit . belum hadiah yang diatas sana. Ini semua hasil urunan teman teman remaja disini “, kata Mustaqim salah satu remaja desa kedungmutih pada kabarseputarmuria.

Mustaqim mengatakan , awalnya warga mengira bahwa lomba panjat pinang ini diperuntukkan para remaja di desa kedungmutih. Namun ketika lomba dimulai mereka semua kaget ,karena yang memanjat pinang adalah para waria panggilan dan bukan warga desa kedungmutih. Namun hal itu manjedi tontonan yang unik bagi warga desa Kedungmutih dan sekitarnya.

Para Waria yang berdandan menor itu membakai celana pendek melakukan pemanjatan pinang seperti biasanya. Mereka satu rombongan berempat satu naik keatas , satunya lagi naik dan seterusnya. Namun karena pinang yang dipanjat licin oleh oli setelah sampai ditengah merekapun jatuh kembali.

Di sela sela pemanjatan para wariapun berjoget dan bernyanyi berkeliling lapangan untuk meminta sawerann dari penononton. Mereka layaknya para biduan yang nyanyi di panggung berharap uang saweran darim penonton. Satu dua penonton ada yang menyawer para waria itu. Uang saweran dimasukkan ke dalam ember kecil.

“ ya daripada suntuk di rumah lihat panjat pinang waria kelihatan asyik , ramai sekali belum pernah ada baru kali ini . Namun kasihan mereka berpanas-panas “, kata salah satu penonton pada kabarseputarmuria.

Perlombaan panjat pinang unik yang digelar di lapangan bekas pasar lama desa Kedungmutih mendapatkan perhatian dari ratusan penonoton. Mereka terdengar ramai dengan gelak tawa yang diakibatkan kelucuan dari para waria. Sampai sore menjelang maghrib para wariapun tidak bisa naik sampai puncak. (Muin)