Jepara – Beliau memiliki banyak pengalaman dalam berorganisasi. Diantaranya yaitu pada tahun 2005 beliau pernah menjabat sebagai wakil Rois Syuryah ranting Pekalomgan. Kemudian pada tahun 2010-sekarang menjabat sebagai Rois Syuryah NU ranting Pekalongan dan juga beliau menjabat sebagai ketua pegurus cabang LTM NU kabupaten Jepara selama dua periode. Lalu pada tahun 2015-sekarang beliau sebagai wakil Rois Syuryah MWCNU Bateait.
Seorang pengurus dalam organisasi NU kegiatannya yaitu berkhidmah pada masyarakat. Oleh karena itu seorang pengurus dalam organisasi NU kegiatannga adalah khidmah melayani ummah dan harus di dasari dengan dedikasi atau perjuangan dengan tanpa pamrih. Kesan Bapak Manan dalam berorganisasi NU itu senang berkutat pada sosial masyarakat. Kegiatan sehari-hari beliau yaitu berkhidmah dengan mengacu pada progam yang dicanangkan oleh pengurus. Mulai dari PB yang diintruksikan kepada PW kemudian kepada PC lalu kepada MWC dan disampaikan kepada PR (Pengurus Ranting) yang dilaksanakan dikepengurusan anak ranting.
NU itu sebuah organisasi yang kepengurusannya sangat lengkap dibanding yang lain. Karena didalamnya terdapat pengurus PB, PW lengkap dengan ajnatu, lengkap dengan perangkatnya. Bilamana tidak ada negara NU itu tidak bisa jadi negara sampai pengurus anak ranting.
“Jadi, masjid-masjid itu sebenarnya anak ranting hanya saja tidak tertampakkan pada struktur organisasi” ungkapnya. Kegiatan NU itu terkait Jam’iyah dan struktural. Kalau yang jam’iyah seperti berjamaah, tahlilan, ngaji dan lain sebagainya. Selain itu yang struktural itu menurut struktur masing-masuing.
Misalnya di bidang ekonomi ada BMT, ada seni, pencaksilat dan itu semua ada dalam kepengurusan NU. Dan dalam NU ada pengurus harian seperti Badan Otonom ada GP Anshor, IPPNU dan lain-lain.
Islam tidak bisa kuat tanpa adanya organisasi. Menukil dari ungkapan yang disampaikan Sayyidina Umar ” Laa islam illa bil jamaah” maksudnya Islam tidak akan kuat kecuali dengan adanya organisasi. Organisasi tidak akan kuat jika tidak ada kepengurusan, pengurus tidak akan bisa berjalan kecuali ada tata tertib.
Beliau menuturkan : ” kami mencanangkan progam yang dicanangkan oleh pengurus besar, kemudian dijalankan pada anak ranting seperti ngaji juga yang lain. Atau dalam progam itu ada progam penguatan organisasi seperti adanya progam MAKESTA (Masa kesetiaan anggota) pada IPNU dan IPPNU, Progam PKPNU (Pelatihan dasar penggerak NU) pada NU, ada juga DIKLATSAR (pendidikan latihan dasar) yang ada pada GP Anshor.
Tanpa itu seorang anggota dipertanyakan Ke-Nu-an nya, karena didalamnya di tanamkan nilai-nilai NU”. Organisasi tanpa komunikasi tidak akan jalan, komunikasi tanpa ada koordinasi yang baik juga tidak akan jalan. Intinya berkomunikasi dalam berorganisasi harus selalu berkoordinasi, dalam pemecahan masalah harus ada musyawarah.
Pandangan beliau mengenai suatu masalah seperti berita hoax itu sangat bijaksana. Beliau mengatakan jika berpendapat mengenai suatu hal itu boleh, tetapi tidak boleh melupakan yang lain. Karena setiap orang memiliki prinsip sendiri-sendiri dan kita di himbau agar memiliki pegangan yang kuat.
Beliau berpesan agar kita jangan mudah percaya dengan berita yang ada di WA karena tidak semuanya benar. Dan sikap yang beliau lakukan ketika ada artikel-artikel yang kiranya kurang pas atau artikel-artikel yang benar, beliau tidak membagikan ke yang lain. Kalau mau beliau membacanya kalau tidak beliau langsung menghapusnya.
Aktivitas beliau sehari-hari yaitu mengajar, mengikuti pengajian-pengajian yang diprogamkan oleh NU ranting dan MWC seperti muslimat, fatayat, syuriyahan. Selain itu kegiatan cabang yang terkait dengan cabang yaitu pendataan masjid dengan memilah-milah masjid NU dan yang lain di Kabupaten Jepara.
Beliau juga mengkondisikan masjid dan mengfusngsikannya sebagai kegiatan keagamaan serta menajauhkan masjid dari kegiatan politik. Beliau memiliki niatan kerja hanya setengah hari, dan yang setengah hari lagi digunakan untuk berkhidmah kepada umat dan masyarakat. Alasan beliau seperti itu adalah ingin meluangkan waktunya untuk orang lain dan tidak hanya meluangkan waktu untuk dirinya sendiri.
Khidmah menurut beliau itu ada dua macam yaitu secara langsung dan tak langsung. Secara langsung itu seperti mengajar anak-anak kecil dan itu tanpa bayaran. Dan yang tidak langsung misalnya membantu orang lain dalam hal keagamaan seperti muslimat, fatayat, mengaji di masjid dan lain-lain. “Khidmah itu tanpa ada pamrih. Bilamana ada itu bukan tujuan utama” ungkap beliau. (Dian Puji Rahayu)
Nama : Abdul Manan,M Pd I
Tempat, tanggal lahir : Jepara, 08 September 1969
Profesi : Guru
Riwayat Pendidikan :
- MI Raudhatul Thalibin (Lulus tahun 1981)
- MTsN Pecangaan di Bawu (Lulus tahun 1985)
- Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan (Tahun 1985-1999)
- MA Salafiyah Pasuruan (Lulus tahun 1996)
- S1 INISNU Jepara (Lulus tahun 2009)
- S2 Universitas Wahid Hasyim Semarang ((Lulus tahun2014)