Jepara – Bagi masyarakat Jepara dan daerah di sekitarnya seperti Kabupaten Kudus, Demak, dan Pati, nama Desa Pendosawalan, pasti tidak asing lagi. Karena desa tersebut sejak sekitar 1980-an sampai pada 1999, terkenal dengan masyarakatnya yang memiliki profesi di bidang kejahatan. Misalnya sebagai perampok, penjambret, dan profesi kejahatan lainnya.

Sehingga maklum saja, ketika nama Pendosawalan disebut, maka kesan “sangar” sekaligus menakutkan, seketika itu juga tergambarkan oleh siapa saja yang mendegarnya. Namun imej negatif tersebut sedikit demi sedikit saat ini coba dihilangkan. Berbagai cara dilakukan untuk menghilangkan imej negatif tersebut.

Caranya adalah dengan mengisi berbagai kegiatan yang positif. Satu diantaranya adalah menumbuhkan industry kecil di desa ini salah satunya adalah membuat jilbab, mukena, gamis dan industri konfeksi lainnya. Kini desa Pendoswalan menjadi salah satu desa penghasil jilbab dan sejenis terbesar di Jepara.

Tenaga kerja yang membuat jilbab ini tidak hanya cukup warga desa Pendosawalan saja ,namun warga desa lain datang ke desa ini untuk bekerja membuat jilbab dan sejenisnya. Selain orang dewasa industry kecil pembuatan jilbab ini juga melibatkan tenaga remaja sampai anak-anak.

“ Yang bekerja di tempat kami ini tidak hanya warga di desa ini , ada puluhan tenaga kerja dari desa di Mijen Demak . Selain orang dewasa anak-anak juga ikut dalam kegiatan ini contohnya anak ini tugasnya bagian pelipatan dan pembungkusan “, kata Muslim salah satu pengrajin jilbab pada kabarseputarmuria.

Muslim yang menekuni usaha pembuatan jilbab lebih sepuluh tahun mengatakan, memang usaha pembuatan jilbab ini ada pasang surutnya. Namun di era internet  atau online usaha pembuatan jilbab ini mulai merangkak naik lagi. Pesanan jilbab dan sejenisnya terus mengalir bak air hujan.

“ Selain untuk konsumsi pulau jawa sendiri , konsumen kami banyak pula yang datang dari luar Jawa Kalimantan dan sulawesi. Biasanya kami kirim barang menggunakan ekspedisi dan pembayaran via transfer bank “, tambah Muslim

Ngadiyono yang juga warga Pendosawalan di rumahnya menuturkan usaha pembuatan jilbab dan sejenisnya ini  merubah kehidupan warga desa ini. Orang dulu datang ke Pendosawalan takut karenan kesangarannya , namun saat ini desa ini menjadi kunjungan warga desa lain. Mereka datang ke desa ini untuk bekerja atau mengambil dagangan.

“ Sekarang desa Pendosawalan seperti desa lain , justru desa ini menjadi magnet karena ada usaha pembuatan jilbab  dan sejenisnya . Warganya kini ramah dan terbuka kepada siapa saja “, kata Ngadiyono menutup sua. (Muin)