Demak – Selamatan adalah tradisi hingga kini masih banyak dijalankan oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Merupakan salah satu upacara adat yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas anugrah dan karunia yang diberikan oleh Tuhan. Istilah Selamatan sendiri merupakan istilah yang berasal dari bahasa Arab yaitu Salamah yang berarti Selamat.
Dalam prakteknya, Slametan dilakukan dengan mengundang beberapa sanak saudara, kerabat, atau tetangga. Secara Tradisional acara selamatan dimulai dengan doa bersama dengan duduk bersila diatas tikar melingkari nasi tumpeng dengan lauk pauk.
Namun demikian selamatan saat ini hidangannya tidak lagi berupa nasi tumpeng melainkan nasi beserta lauk pauknya di tempatkan dalam wadah atau dos. Orang mengenal nasi ini sebagai nasi berkat atau nasi berkah. Kata berkat berasal dari kata Barokah . Barokah adalah ziyadatul khoir atau selalu menjadi yang baik.
Sejarah Religi Masyarakat Jawa jauh sebelum kedatangan Agama Hindu dan Islam telah dimulai sejak jaman Pra Sejarah. Kebutuhan Orang-orang Jawa akan Keselamatan, Keamanan, Kesejahteraan, Ketentraman serta Kedamaian dalam hidup menciptakan sebuah sistem kepercayaan (Animisme dan Dinamisme). Sistem kepercayaan Animisme dan Dinamisme teramat melekat dalam kehidupan Masyarakat Jawa.
Mereka beranggapan bahwa setiap benda yang ada didunia ini memiliki nyawa serta memiliki kekuatan Gaib (Roh) dan berwatak (Baik dan Buruk). Adapun ketika Agama Hindu dan Islam masuk dan mempengaruhi kepercayaan orang jawa, keadaan itu tidaklah menghapus keseluruhan sistem kepercayaan nenek moyang mereka.
Dari sini terciptalah percampuran atau akulturasi antara Agama pendatang dengan kepercayaan nenek moyang. Dalam hal ini, ritual Selamatan adalah salah satu tradisi hasil akulturasi budaya yang masih tetap dilestarikan hingga saat ini.
Dalam Agama Islam seperti yang diungkapkan oleh Hildred Geertz Tradisi Ritual Selamatan biasanya dilakukan oleh Kaum Islam Abangan. Adapun bagi kaum Islam Putihan (santri) praktik selamatan tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima.
Bagi para santri selamatan hanya boleh dilakukan dengan membuang unsur-unsur syirik yang menyolok seperti sebutan dewa-dewa dan roh-roh. Menurut mereka selamatan adalah upacara doa bersama dengan seorang pemimpin atau modin. Biasanya upacara tersebut diteruskan dengan makan-makan bersama sekadarnya dengan tujuan untuk mendapatkan keselamatan dan perlindungan dari Allah yang maha Kuasa.
Mengingat tujuan utama diadakannya ritual ini adalah keselamatan, tradisi Selamatan dalam praktiknya dilakukan hampir disetiap kejadian yang dianggap penting oleh orang jawa. Misalnya Kelahiran, Kematian, Pernikahan dan lain-lain. Disini Hildred Geertz telah membagi setidaknya menjadi empat jenis kategori utama :
- Selamatan yang berkaitan dengan kehidupan: kelahiran, khitanan, pernikahan, dan kematian
- Selamatan yang terkait dengan peristiwa perayaan Islam
- Selamatan Bersih desa (“pembersihan desa”), berkaitan dengan integrasi sosial desa.
- Ritual Selamatan untuk kejadian yang tidak biasa misalnya berangkat untuk perjalanan panjang, pindah rumah, mengubah nama, kesembuhan penyakit, kesembuhan akan pengaruh sihir, dan sebagainya.