Demak – Berbagai macam  profesi bagi Mbah Dimyati (65) warga desa Mutih Kulon kecamatan Wedung pernah ditekuni mulai dari kuli bangunan, Tukang Becak, Buruh tani , jualan dan masih banyak lagi yang lainnya. Namun profesi terakhir inilah yang ia tekuni sampai sekarang. Yaitu bengkel sepeda dan tambal ban.

Dengan menempati tanah milik orang lain Mbah Dimyati membuka lapaknya gubung sederhana. Ia buka lapaknya mulai pukul 8 pagi sampai jam 4 sore. Di lapaknya teronggok besi besi tua bekas onderdil sepeda . Selain itu juga onggokan ban-ban bekas juga tampak di gubugnya di pinggir jalan raya Mutih Kulon – Wedung.

Bermodalkan kompresor tua , alat tambal ban dan kunci-kunci pas untuk sepeda ia menunggu rejeki dari orang yang lewat. Beberapa sepeda tua tampak masih digarap . Di lapaknya hanya ada bangku kayu tua untuk para penunggu sepeda yang diservis atau menunggu ban di tambal.

“ Ya kalau dihitung saya buka jasa bengkel sepeda dan tambal ban ini sudah tiga peluh tahun lebih. Di desa saya ini sudah pindah empat kali karena saya hanya numpang dan tanah digunakan pemiliknya”, aku mbah Dimyati pada kabarseputarmuria.

Mbah Dimyati ingat ongkos tambal ban dulu awal ia membuka usaha hanya Rp 400 . Kini satu kali tambal ia ongkosnya Rp 7.000. Selain itu dulu belum menggunakan alat tambal ban bakar seperti sekarang. Namun masih menggunakan lem cair yang ditempelkan dengan ban sesama ban. Terus yang ia tambal kebanyakan sepeda.

Profesi yang ditekuni puluhan tahun berawal dari perantauannya di Jakarta sebagai tukang becak. Di sela sela menunggu penumpang ketika itu ia membantu rekannya di bengkel. Kadang ia disuruh untuk membuka onderdil sepeda dan juga menambal ban. Dari kebiasaan itulah ia menjadi mahir , sehingga ketika pulang kampung iapun mencoba mepraktekkannya.

“ Nah karena lahan membecak makin lama makin sempit dan penghasilannya tak menentu ,akhirnya sayapun pulang kampung bekerja sebagai buruh tani dan membuka usaha bengkel sepeda dan tambal ban ini “, lanjut mbah Dimyati.

Dari usahanya itu meskipun  tidak banyak namun sehari pasti dapat uang karena setiap hari pasti ada yang menambalkan ban. Selain itu juga ada yang menyuruh memperbaiki sepeda. Di desa Mutih Kulon dan sekitarnya masih banyak sepeda onthel sehingga peluang bengkel sepeda masih terbuka lebar.

“ Ya kalau penghasilan seharinya ya tidak tentu , tergantung dari banyak atau sedikitnya yang ke sini . Tapi kalau mau menekuni usaha ini lumayan hasilnya . Apalagi kalau ditambah jualan bensin atau onderdil “, kata Mbah Dimyati. (Muin)