KUDUS – Pesantren kini telah menjadi alternatif pembangunan yang berpusat pada masyarakat (people-centered development). Hal itu terlihat dalam Sarasehan Nasional tentang Ketahanan pangan untuk kedaulatan Bangsa, pameran produk UMKM dan Bazar murah yang dihelat di Pesantren Entrepreneur Al-Mawaddah Kudus. Hadir sekitar 200 undangan yang terdiri dari pimpinan pesantren, instansi pemerintah, ormas-ormas, LSM dan tokoh masyarakat.
Dalam kegiatan yang berlangsung dua hari, 4-5 Desember 2016 tersebut dilaksanakan pula Pengukuhan Pengurus Assosiasi Industri usaha mikro kecil dan menengah Indonesia, disingkat AKUMANDIRI, cabang Kudus. “Assosiasi ini menjadi wadah yang menjembatani antara para pelaku usaha, stakeholders dan pemerintah baik di pusat maupun daerah,” ujar Ketua Umum DPP Assosiasi IUMKM Indonesia Akumandiri, Hermawati Setyoriny.
Ketua Akumandiri Kudus, sekaligus pimpinan pesantren Entrepreneur Al-Mawaddah, KH. Sofiyan Hadi, Lc., MA, mengemukakan “Allah telah menyediakan semua yang kita butuhkan. Tapi itu tidak berarti kita cukup berdoa tanpa usaha. Pesantren harus ambil peran aktif dalam pembangunan ekonomi umat melalui berbagai kegiatan industri dan usaha produktif yang melibatkan masyarakat”.
Hal senada juga dikemukakan oleh Prof Sudjana dari Koperasi Bela Negara Kementerian Pertahanan RI. “Tantangan dunia di masa depan adalah krisis pangan, air dan energi. Di Indonesia sumber daya tersebut melimpah. Tinggal bagaimana kita mengelolanya,“
Sementara Hardi Julendra, M.Sc, Kepala Balai Penelitian Teknologi Bahan Alami LIPI, menawarkan program alih teknologi bagi pesantren-pesantren sebagaimana telah dilakukan bersama Al-Mawaddah. “Pesantren dengan kyainya memainkan peran sebagai “cultural brokers” (pialang budaya) dalam pengertian seluas-luasnya” katanya.
Memang, beberapa prestasi telah diraih oleh Pesantren Entrepreneur Al-Mawaddah Kudus. Mulai dari Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara hingga meraih Kalpataru kategori Pembina lingkungan. Karena itu, menurutnya, pesantren Entrepreneur Al-Mawadah perlu diinisiasi untuk memiliki agrotechnopark (taman teknologi pertanian) sebagai media edukasi sekaligus wadah inkubasi usaha. “Semoga segera realisasi”, kata Yusuf Setiabudi dari Balitbang Propinsi Jawa Tengah.
Selepas acara sarasehan peserta diajak melihat berbagai kegiatan usaha pesantren, mulai dari budidaya lele, padi, tebu, sayur hidroponik, kebun buah dan produksi tepung Mocaf (modified cassava flour). Terkesan dengan konsep pesantren, beberapa kiai dari luar kota mengaku terinspirasi dan berkeinginan dalam waktu dekat mengajak pengurus dan para santrinya untuk studi banding sambil menikmati Eduwisata yang dikelola Al-Mawaddah.