KUDUS – Pilihan tidak menyembelih sapi bagi masyarakat Kudus, merupakan salah satu manifestasi (wujud) toleransi yang diajarkan oleh Kanjeng Sunan Kudus pada masanya, sebagai bentuk penghormatan kepada penganut non muslim yang menghormati sapi.
Hal itu masih dipegang oleh kebanyakan masyarakat Kudus hingga sekarang, tak terkecuali dalam perayaan Idul Idha atau Hari Raya Kurban. Pada Hari Raya Kurban, kambing dan kerbau pun menjadi hewan untuk kurban, sebagaimana yang dilakukan oleh Universitas Muria Kudus (UMK).
Manajer Yayasan Pembina (YP.) UMK, Zamhuri, mengatakan, pihaknya akan mencoba mentradisikan memilih kambing dan kerbau sebagai hewan kurban, untuk menjunjung kearifan lokal yang berlaku di Kota Kretek ini.
‘’Alhamdulillah, tahun ini UMK bisa berkurban tiga ekor kerbau dan dua ekor kambing,’’ ujarnya di sela-sela prosesi penyembelihan huwan kurban di halaman belakang UMK, Senin pagi (12/9/2016).
Rektor UMK, Dr. Suparnyo SH. MS., mengemukakan, kerbau menjadi pilihan untuk berkurban, selain untuk menjunjung kearifan lokal (tradisional) Kota Kudus, karena ada pesan tersirat dari sana.
‘’Islam tidak mengharamkan menyembelih sapi, sehingga tidak mungkin Sunan Kudus melarang menyembelih sapi. Hanya saja, karena dulu banyak non muslim yang menganggap suci sapi, maka Sunan Kudus mengimbau masyarakat, khususnya yang sudah memeluk Islam, tidak menyembelihnya untuk menjaga perasaan masyarakat yang menganggap sapi sebagai hewan suci,’’ ungkapnya.
Lebih lanjut Suparnyo menambahkan, dengan ‘himbauan’ tidak menyembelih sapi itu, Sunan Kudus pun secara tidak langsung telah meletakkan fondasi nilai-nilai toleransi dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Kudus. ‘’Pesan toleransi ini sungguh luar biasa, maka sudah semestinya dilestarikan oleh masyarakat di masa-masa kemudian atau generasi penerus saat ini,’’ katanya. (*)