Jepara – Jika kita berjalan-jalan di seputaran pedesaan melihat hijaunya tanaman padi di sawah hati rasanya teduh dan nyaman. Begitu juga yang mempunyai sawah hijaunya tanaman padi merupakan lahan menangguk rejeki bagi keluarganya. Seperti halnya Mbah Radiyo (75) warga desa Jungpandan kecamatan Welahan. Sawah merupakan lahan penghidupan untuk keluarganya puluhan tahun.
Meski sudah puluhan tahun menggarap sawah ia mengaku tidak merasa bosan. Sehingga jika musim penghujan tiba hari-harinya dihabiskan di sawah untuk menjaga tanaman padinya dari serangan hama dan penyakit. Ada saja pekerjaan di sawah yang ia tangani , memperbaiki pematang sawah, mengatur air , mencabut rumput sampai dengan memupuk dan memberi obat tanaman padi.
“ Ya gimana lagi punya sawah ya harus di garap agar bisa makan sehari-hari. Yang namanya menggarap sawah ya kadang berat juga kadang ringan. Kadang untuk juga kadang rugi . Namun untung dan ruginya banyak untungnya “, ujar mbah Radiyo padakabarseputarmuria.com
20160127_153222
Mbah Radiyo sore itu di temui sedang memberi obat pada tanamannya . Dengan alat semprot gendong ia berjalan di sawahnya seluas satu bahu. Obat yang dibelinya di toko pertanian di desanya itu ia campur dengan air lalu ia semprotkan ke seluruh bagian tanaman padinya yang berumur satu bulan . Ia menyemprot itu mengandalkan feeling saja.
“ Kita disini  menanam padi semuanya tidak ada yang mengarahkan ya tiru-tiru temannya , temannya nyemprot kita ikut nyemprot tanam ya tanam . Tidak ada arahan dari penyuluh pertanian. Alhamdulillah jika tidak ada banjitr hasilnya ya lumayan “ tambah Mbah Radiyo.
Jika tidak ada bencana banjir biasanya hasil tanaman padi di daerah Jungpandan hasilnya lumayan bagus. Satu bahu rata-rata bisa menghasilkan gabah basah sekitar 4 ton. Setahun bisa panen dua kali untuk bulan Januari ini baru musim panen pertama sedangkan panen diperkirakan bulan April . Jika di tebaskan satu bau biasanya laku sekitar 12 juta rupiah.
Mbah Radiyo mengatakan , pertanian padi merupakan usaha pokok warga Desa Jungpandan jika musim penghujan semua warga terjun ke sawah untuk menggarap sawahnya. Di desa Jungpandan sudah ada kelompok tani namun ia tidak masuk anggota kelompok tani. Sehingga selama menjadi petani ia tidak merasakan bantuan dari pemerintah.
Dari menggarap sawah ini Mbah Radiyo dan juga warga Jungpandan bisa menghidupi keluarganya.Selain itu bisa juga menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.Selain itu banyak pula yang bisa memperbaiki rumahnya, membeli motor dan mobil dan banyak pula yang naik haji ke tanah suci.
“ Alhamdulillah jadi petani meski rekasa namun banyak barokahnya, selain badan yang selalu sehat karena setiap hari olah raga hasilnya juga nglumpuk bisa untuk sekolahkan anak , makan sehari-hari dan masih banyak lagi yang lainnya “, tukas Mbah Radiyo. (Muin)