Erwin Alwazir – Desa Merdeka ;  Pemilu 2004 lalu salah seorang caleg dikampung saya berani menggelar sumpah pocong dihadapan orang banyak untuk membuktikan dia serius memperjuangkan amanat rakyat. Bila dia langgar dia sanggup jadi pocong beneran. Nyatanya dia terpilih dan tak pernah sekalipun terlihat membela kepentingan rakyat. Malah sekarang dia mencalonkan diri memperebutkan satu kursi untuk DPR RI sana. luar biasa memang.

Tapi yang tak kalah luar biasa tentu janji manis Prabowo Subianto yang akan memberi 1 miliar per desa jika terpilih nanti. Bagi saya ini menarik.

Pertama, janji itu menunjukan kepeduliaan Prabowo untuk mengentaskan status desa tertinggal di tanah air yang jumlahnya mencapai 32 ribu desa dari sekitar 74 ribu desa yang ada. Data ini didapat dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) era sekarang.

Kedua, dari sekian banyak calon, mungkin hanya Prabowo yang berani melontarkan janji menarik seperti ini. Sementara calon lain masih sibuk menunggu wangsit atau setidaknya menunggu capaian suara setelah pileg di gelar.

Namun dibalik janji yang menarik tersebut, saya sangsi janji itu dapat terlaksana dengan alasan.

Pertama, janji politikus biasanya palsu.

Janji-janji tak bisa dituntut secara hukum bila terbukti dilanggar oleh yang bersangkutan. Paling hanya di hukum secara moral oleh konstituen, misalnya tidak dipilih lagi pada masa berikutnya. Mudah berjanji semudah itu juga mengingkari.

Jujur, saya akan memilih siapa pun jadi presiden bila dia mau berjanji memindahkan istana negara ke depan rumah saya paling lambat akhir tahun ini. Tidak mungkin? Seperti itulah janji para politikus.

Kedua, Ide Prabowo bebani Anggaran Negara

Apabila ide prabowo terlaksana saat menjadi capres nanti, maka negara terbebani anggarannya. Perhitungannya sederhana saja dan tak perlu dilengkapi dengan papan statistik dan data seperti yang sering ditulis Kompasianers berkelas.

Jumlah desa di seluruh indonesia tercatat 74 ribu desa. Kalikan saja 1 milyar tersebut dengan jumlah desa yang anda. Maka didapat 74 trilyun rupiah yang harus dianggarkan negara pertahun.

Menurut hemat saya, mending uang sebanyak itu untuk membangun sekolahan yang banyak ambruk diberbagai daerah atau memperbaiki jalan-jalan rusak dan berlubang untuk menggerakkan roda perekonomian warga. Itu lebih efektif dari pada uang sebanyak itu di makan para Kades yang kebanyakan terpilih lewat pemilihan juga dengan cara curang. Bukan rahasia lagi money politic juga menjangkiti pilkades di mana-mana.

Ketiga, skala prioritas sangat lemah

Itikad Prabowo untuk mensejahterahkan desa pantas diacungi cap jempol. Masalahnya tidak semua desa dalam kategori tertinggal. Dari 74 ribu desa yang ada, hanya 32 ribu desa yang masuk kategori tertinggal dengan penduduk sekitar 57,5 juta jiwa.

Mana yang akan dijadikan prioritas? Mensejaterahkan desa tertinggal atau memberdayakan desa yang sudah maju menjadi desa produktif sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja baru bagi warga sekitar?

Keempat, negara diambang bangkrut

Jika ide prabowo tadi terlaksana saat menjadi presiden maka negara kita diambang bangkrut. Uang habis di korupsi raja-raja kecil dan dinasti mereka. Lihat saja kasus pemekaran berbagai propinsi atau daerah kabupaten/kota. Sebagian besar daerah hasil pemekaran tersebut gagal karena anggaran dari pusat kerap dipermainkan dan masuk kantong keluarga sendiri.

Seperti kebanyakan Propinsi dan kab/kota, Saya khawatir nanti banyak desa-desa menuntut pemekaran dan berpisah dari induknya hanya karena tergiur ingin menikmati langsung uang 1 milyar tersebut. Ide pemekaran seperti ini Biasanya disetujui oleh dewan dengan alasan demi meredam gejolak daerah.

Belum lagi tuntutan dari warga agar mengembalikan status kelurahan menjadi desa. Banyak desa-desa sekarang yang diubah menjadi kelurahan dengan alasan tertentu. Bayangkan bila warga kelurahan yang bersangkutan demo menuntut logo kelurahan dihilangkan dan nama desa peninggalan leluhur mereka di pajang kembali.

Ya ampun, jangan-jangan setelah itu propinsi kita jadi 100 dan jumlah desa melesat jadi 200 ribu desa. Apa tidak semakin bangkrut negara kita?

Terlepas dari itu, Prabowo luar biasa dan pandai bermain wacana. Bagimana capres lain, mana wacana anda?

( Erwin Alwazir  KOMPASIANA )