Demak – Petani Garam di kecamatan Wedung kabupaten Demak bulan Juli ini mulai panen . Beberapa lahan tambak garam di 6 desa yaitu Kendalasem, Tedunan, Kedungkarang, Kedungmutih, Babalan , dan Berahan Wetan sudah menuai hasil. Rata-rata mereka menjual langsung hasil garamnya pada pengepul yang kemudian di pasarkan ke wilayah lain.
“ Untuk panen perdana biasanya para petani garam menjual seluruh hasil garamnya. Selain untuk biaya pengolahan lahan dan membeli peralatan juga harga garam masih bagus “, kata Musyafiq pegaram dari desa Kedungmutih pada kabarseputarmuria.com , Kamis (9/7).
Musyafiq mengatakan harga garam saat ini mengalami penurunan pada panen tahun ini. Meskipun persedian garam di gudang pegaram mulai menipis namun harga garam cenderung turun dibandingkan harga akhir musim garam tahun lalu. Padahal pembuatan garam pada musim ini juga sulit karena awal-awal sering mendung tebal. Sehingga waktu panen raya tahun ini diperkirakan mundur.
“ Bulan Juli ini pegaram yang panen baru separohnya, sehingga panen raya mungkin satu bulan ke depan jika tidak terjadi hujan. Garam-garam mereka langsung dijual pada para bakul termasuk saya, Harga garam saat ini berkisar 250 – 300/kg tergantung kualitasnya “, tambah tambah Musyafiq.
Musyafiq berharap harga garam tidak merosot banyak sehingga pegaram bisa mendapatkan hasil yang banyak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain itu dia berharap bantuan pemerintah berupa media isolator atau geo membrane bisa segera diturunkan karena pegaram mulai memanen lahannya.
Hal sama juga dikatakan Asrofi (55) petani garam dari desa Kedungmutih mengatakan, musim garam tahun ini memang mundur dibandingkan tahun yang lalu. Biasanya bulan Mei atau Juni sudah panen namun pada tahun ini panen raya diperkirkan bulan Agustus. Itupun jika kondisi cuaca panas tidak ada hujan.
“ Jika dihitung saya sudah menjual lebih 100 keranjang dengan harga perkeranjangnya 25 ribu rupiah dengan berat 100 Kg. Namun dari segi harga tahun ini turun dibandingkan tahun yang lalu. Tahun kemarin harga garam di awal panen mencapai 40 ribu sampai 50 ribu rupiah. Sebelum lebaran saya sudah merasakan hasil garam meskipun belum banyak. Nah pada bulan Agustus ini boleh dikatakan panen raya karena setiap hari saya bisa memungut garam dari lahan ini “, kata Asrofi yang mengaku lebih lima belas tahun sebagai pegaram.
Asrofi mengaku lahan garam yang ia garap bukan miliknya sendiri. Ia menyewa lahan garam pada orang lain . Ia berharap musim garam tahun ini panjang seperti tahun yang lalu sehingga biaya sewa bisa tertutup dan ia dapat keuntungan. Selain itu harga garam juga tidak anjlok setelah panen raya.
“ Ya sebagai orang kecil harapan saya ya harga garam jangan anjlok setelah panen raya. Biasanya setelah panen harga garam langsung anjlok . Bahkan kadang-kadang tidak ada bakul yang membeli garam “, tambah Asrofi .
Asrofi juga berharap pemerintah ikut campur dalam hal pembelian garam dari petani. Ketika harga garam jatuh atau anjlok pemerintah lewat dinas terkait diharapkan bisa mengendalikan harga garam. Pengalaman yang sudah-sudah harga garam selalu anjlok ketika panen raya.
“ Kalau tidak begitu ya bagaimana caranya kami ini bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan harian sedangkan garam kami simpan . Bila harga naik kembali baru kita jual “, harap Asrofi. (Muin)