Demak – Jepara – Di daerah pesisir Demak dan Jepara Jawa Tengah ada tradisi yang sejak dahulu sampai sekarang masih dijalankan oleh para petani tambak dalam rangka memanen tambaknya . Karena keterbatasan tenaga maka petani tambak memborongkan pekerjaan memanen hasil tambaknya kepada orang lain yang dahulu sampai sekarang diistilahkan sebagai nebas tambak. Penebas tambak harus mempunyai kemampuan untuk menaksir isi di dalam tambak tersebut ,

sehingga ketika di golong (dikeringkan) perolehan ikannya jika dijual sesuai dengan taksiran yang telah diberikan kepada pemilik tambak . Jika dari taksiran ada kelebihan maka penebas mendapatkan keuntungan ,jika hasil yang diperoleh kurang dari taksiran maka si penebas akan mengalami kerugian.

“ Yak karena sudah terbiasa menaksir tambak dari gerakan air di dalam tambak , saya jarang mengalami kerugian sehingga pekerjaan penebas tambak ini menjadi pekerjaan pokok saya yang dibantu anak-anak. Pengalaman menebas tambak inipun saya pelajari dari pendahulu saya . Selain itu pelanggan saya sudah banyak karena petani tambak  senang pada taksiran saya yang termasuk tinggi dari yang lainnya “ ,ungkap Dulkirom (55) penebas tambak dari desa Kedungmutih yang mengaku puluhan tahun bekerja sebagai penebas tambak yang setiap hari dibantu dengan anak-anaknya.

DSC02261hh

Oleh karena itu sebelum menentukan harga tebasan , dia terlebih dahulu masuk ke tambak untuk mengetahui gerakan ikan atau udang yang berada dalam tambak . Setelah diambil sampel di beberapa tempat barulah ia menentukan harga tebasan pada pelanggannya . Biasanya petani tambak tidak begitu saja menerima harga tebasan yang ia tawarkan sehingga terja di tawar-menawar yang cukup seru antara pemilik tambak dan penebas. Setelah tercapai kata sepakat barulah dia memberikan DP  atau tanda janji sebesat 30 – 50 % , sisanya akan dibayar nanti setelah udang atau ikan di panen dari tambak dijual ke pengepul.

Peralatan yang digunakan untuk menebas tambak yang utama adalah pompa air untuk  mengeringkan lahan tambak yang akan dipanen, selain itu jaring , seser , tempat ikan dan lampu petromak untuk menjaga kemungkinan tambak tidak bisa habis airnya di pagi sampai  sore hari. Selain peralatan diatas yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang pada saat ini ia dibantu oleh ketiga anaknya , jika masih kurang biasanya ia merekrut tetangganya untuk membantu memanen tambak yang ditebasnya .

Jika tambaknya sempit paling 3-4 orang sudah cukup untuk mengawasinya , namun jika tambaknya luas butuh tenaga ekstra untuk mengawasinya. Jika tidak teliti bisa-bisa ikan atau udang jatuh pada para jupro yaitu orang yang ikut mengambil manfaat dari tambak yang selesai ditebas.

Di pesisir Demak dan Jepara orang yang memanen ikan penebas atau pemilik  disebut juga dengan NGGOLONG dan orang-orang yang ikut mengambil manfaat dibelakang para penggolong disebut JRUPO. Biasanya para Jupro ini adalah anak-anak kecil usia sekolah yang ingin uang jajan sehingga memposisikan dirinya dibelakang para penggolong , sehingga jika ada satu dua ikan atau udang yang lolos dari terkaman penebas maka menjadi rejeki para Jupro.

DSC02258

Dalam satu tebasan biasa anak-anak yang ikut Jupro jumlahnya mencapai puluhan orang oleh karena itu jika tambaknya luas dan tenaga pengawasnya kurang sering para Jupro ini melanggar aturan dengan langsung mengambil ikan melihat itu para penebaspun menghalau mereka dengan lumpur dari tambak.

“ Ya ini memang tradisi disini jika ada orang yang nggolong tambak, maka anak-anakpun ikut nimbrung menjadi jupro untuk mencari uang jajan, oleh karena itu dulu sering jika banyak tambak yang di panen maka sekolahpun sepi karena anak-anaknya terjun ke tambak untuk Jupro. Namun sekarang jumlah anak yang jupro tidak sebanyak dahulu karena mereka sudah tahu manfaatnya sekolah “, ujar Salah seorang  warga desa Bulak Baru yang tambaknya ditebaskan.

Di pesisir Jepara dan Demak Nggolong dan Jupro tidak bisa dipisahkan begitu saja , oleh karena itu setiap ada penebas  atau penggolong disitu ada yang namanya Jupro . Inilah ajang berbagi antara warga satu dengan yang lainnya , meskipun penggolong atau penebas berkurang hasilnya namun hal itu tidak menjadi masalah karena saat ini jika ada tambak yang digolong maka para jupropun bersiap-siap dibelakang. Inilah uniknya kehidupan di daerah pesisir Demak dan Jepara. (FM)

Fatkhul Muin

Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com)